Bertahan dengan Menu Peyek Tradisional

peyek kacangRempeyek/ peyek menjadi salah satu usaha makanan tradisional yang sampai saat ini banyak penggemarnya. Produk makanan yang terbuat dari tepung beras dan taburan kacang tanah tersebut kini masih sering kita jumpai di beberapa kota besar tanah air. Yogyakarta yang dikenal sebagai kota wisata juga memiliki produk peyek yang khas dan memiliki cita rasa gurih dan renyah. Selain peyek tumpuk yang selama ini dikenal sebagai ‘jawaranya’ peyek Jogja, ternyata ada juga peyek khas Kotagede yang memiliki cita rasa tak kalah kriuknya dari peyek-peyek lainnya.

Salah satu penghasil peyek yang sampai saat ini masih eksis mempertahankan cita rasa tradisional Yogyakarta adalah Ibu Suharni (60) yang beralamat di Purbayan Kotagede. Menekuni produksi rempeyek sejak tahun 1985, saat ini Ibu Suharni masih bertahan dengan produksi peyek kacang, peyek kedelai, dan peyek ikan teri. Meskipun saat ini hanya memenuhi pesanan dalam jumlah sedang, namun Ibu Suharni mengakui jika berkat produksi peyeknya tersebut beliau bisa membiayai sekolah putra-putrinya hingga lulus. “Selain bisa membiayai keperluan sekolah anak-anak saya, rumah yang saya tinggali ini juga berkat peyek,” kata Ibu Suharni sembari tersenyum.

makanan tradisionalDalam sehari, ibu asli Solo tersebut mengaku rata-rata memproduksi 7 kg peyek beragam jenis. “Yang paling banyak peminatnya itu peyek kacang, jadi untuk produksinya biasanya kami buat lebih,” terang Ibu Suharni. Menurutnya penting untuk bisa menghasilkan peyek yang memiliki cita rasa khas dan renyah di tengah persaingan pasar yang sangat ketat. Dengan memproduksi peyek yang memiliki cita rasa khas, maka pelanggan pasti akan kembali lagi untuk menikmati gurihnya peyek tersebut. Hal itulah yang mencoba dipertahankan Ibu Suharni dengan memproduksi peyek sendiri tanpa bantuan tenaga produksi. “Saya kurang marem kalau produksi peyek ini bukan saya sendiri yang mengerjakan,” imbuh Ibu Suharni ditemani seorang cucunya.

Ibu SuharniSaat ini, dalam sebulan biasanya Ibu Suharni memenuhi pesanan dari beberapa toko oleh-oleh yang ada di seputaran Kotagede. Dalam sekali pemesanan, rata-rata pelanggan Ibu Suharni mengambil 50 bungkus peyek beragam jenis. Harga yang ditawarkan untuk satu bungkus peyek tersebut adalah Rp.8.000,00. Dengan harga segitu, Ibu Suharni mengakui jika harga yang beliau tawarkan memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga pasaran pada umumnya. Namun, beliau menjamin jika produk peyeknya tersebut memiliki cita rasa yang khas dan beda dengan peyek kebanyakan.

Ibu Suharni juga berujar jika saat ini produk peyeknya sudah beberapa kali mendapat order dari luar kota antara lain Jakarta, Sumatra, dan Bali. Meskipun tidak melakukan pemasaran aktif, beliau mengaku sering kerepotan jika ada pesanan dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, untuk beberapa tahapan produksi beliau sering meminta bantuan dari putrinya mengerjakannya.

Di akhir wawancaranya, ibu yang mengaku baru sembuh dari sakit tersebut berharap produksi peyeknya akan tetap berjalan stabil di tengah persaingan yang sangat ketat. Untuk itu, beragam inovasi produk peyek ingin beliau ciptakan agar usahanya tetap eksis dan dikenal sebagai penghasil peyek yang berkualitas.

Tim liputan bisnisUKM