Bisnis Daur Ulang Limbah Styrofoam Menjadi Batako

Seperti halnya sampah plastik, Styrofoam juga merupakan salah satu jenis sampah yang sulit terutai di tanah. Meskipun menjadi musuh bagai lingkungan hidup, namun Styrofoam juga tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat. Limbah Styrofoam yang sering dianggap remeh oleh masyarakat ternyata di tangan warga kampung Sukunan, Banyuraden, Gamping Yogyakarta, limbah tersebut bisa diubah menjadi bahan baku membuat batako yang ramah lingkungan sekaligus menjadi peluang usaha yang menjanjikan.

Ide membuat batako dengan bahan baku styrofoam tersebut muncul bersamaan dengan program pengelolaan sampah oleh masyarakat. Karena sayang melihat sampah styrofoam dibuang, akhirnya Marzuki salah satu anggota Paguyuban Sukunan Bersemi memutuskan untuk menjadikan styrofoam sebagai bahan campuran untuk membuat batako ramah lingkungan.

Marzuki memutuskan untuk membuat batako ramah lingkungan dengan menggunakan limbah styrofoam ini karena pembuatannya sangat sederhana sehingga warga tidak perlu memiliki keahlian khusus, yang penting adalah takaran atau perbandingan bahan baku yang digunakan tepat dan sesuai. Material yang dibutuhkan adalah pasir, semen dan juga styrofoam yang telah dihancurkan dengan perbandingan 50 % Styrofoam, 40 % pasir dan 10 % semen.

Selain ramah lingkungan, batako yang terbuat dari limbah styrofoam ini juga lebih unggul jika dibandingkan dengan batako semen karena dalam styrofoam terkandung banyak serat, hal inilah yang menjadikan bangunan dengan menggunakan batako styrofoam menjadi lebih kuat dan batako ini juga diyakini bisa tahan terhadap guncangan seperti gempa. Hal itu telah dibuktikan dengan uji coba yang pernah dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada.

Untuk berproduksi, mereka hanya mengandalkan pasokan limbah styrofoam dari pasokan warga Sukunan setempat. Namun, karena jumlah limbah yang diperoleh jumlahnya sangat minim, warga pun akhirnya memutuskan untuk mencari pasokan limbah Styrofoam dari luar desa Sukunan, hingga akhirnnya masih bisa terus berproduksi batako meskipun jumlahnya masih terbatas.

Menurut Ketua Unit Styrofoam Paguyuban Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Sukunan, batako yang dibuat oleh warga juga telah digunakan. Lima bangunan telah berdiri kokoh di Sukunan dengan memanfaatkan batako ramah lingkungan dari limbah styrofoam. Salah satu diantaranya adalah gudang untuk penampungan sampah.

Selain Marzuki, Surani yang juga merupakan salah satu orang yang memanfaatkan limbah styrofoam sebagai bahan baku dalam pembuatan batako ini mengatakan meskipun pesanan belum terlalu banyak namun Surani yakin bahwa nantinya akan semakin banyak masyarakat yang memesan batako styrofoam setelah mengetahui keunggulannya. Apalagi sekarang ini, trend untuk penghijauan sudah semakin mewabah dan banyak masyarakat yang membangun rumah dengan konsep ramah lingkungan.

Surani yakin bahwa batako dari Styrofoam akan booming karena dari tahun ke tahun pesanan batako semakin bagus. Sekarang ini Surani yang dibantu oleh lima orang pegawainya telah berhasil memproduksi batako styrofoam kurang lebih 600 buah setiap harinya. Batako terdiri dari batako kecil dengan  ukuran 40x20x9 cm dan batako besar berukuran 60x20x10.

Harga batako styrofoam yang ditawarkan pun bervariasi mulai dri Rp 2.000,00 sampai dengan Rp 5.000,00 per buahnya. Dikatakan juga oleh Surani bahwa harga batako ramah lingkungan ini memang lebih mahal dibandingkan dengan batako pada umumnya karena bahan campuran yang digunakan seperti pasir dan semen juga harganya mahal.

Sekarang ini Surani telah bisa mencetak omzet Rp 10 juta setiap bulannya dengan menjual batako Styrofoam. Sungguh peluang usaha rumahan yang menggiurkan karena hanya dengan bahan baku limbah styrofoam, kini Surani bisa mengantongi omzet puluhan juta setiap bulannya. Selain bisa menjaga lingkungan, bisnis modal kecil ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan keuntungan yang menjanjikan. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses!

Sumber gambar : http://www.thejakartapost.com/files/images2/sp03-ebatako.jpg