Budidaya Cabai Sukses, Masyarakat Difabel Bambanglipuro Produksi Manisan Cabai

Budidaya cabai sukses masyarakat difabel bambanglipuro produksi manisan cabaiSukses mengembangkan usaha budidaya cabai di pekarangan rumahnya, 30 keluarga di Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul yang memiliki anggota keluarga penyandang disabilitas kini mulai mengembangkan produk-produk olahan berbahan dasar cabai.

Didampingi sejumlah mahasiswa UGM yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) Universitas Gadjah Mada (UGM), setiap warga di Bambanglipuro mulai memanfaatkan pekarangan rumah untuk mengembangkan sistem budidaya cabai dengan polybag.

“Komunitas difabel di Sidomulyo sudah lama membudidayakan tanaman cabai. Saat ini budidaya cabai dilakukan di lingkungan pekarangan rumah masing-masing anggota dengan menggunakan polybag,” kata Novita Eka Safitri, Jumat (10/6/2016), salah satu anggota Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Novita menuturkan, ide membuat produk olahan cabai muncul ketika hasil panen cabai yang diperoleh dari budidaya tersebut sangat melimpah. Umumnya sebagian hasil panen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan sebagian hasil panen lainnya dijual ke pengepul.

“Biasanya ketika panen raya persoalan yang muncul adalah harga cabai mulai anjlok. Apalagi bila terjadi penurunan permintaan pasar, sementara cabai yang dipanen begitu banyak. Warga kewalahan menangani jumlah cabai yang ada, padahal untuk bisa panen perlu dikeluarkan biaya perawatan tanaman cabai,” ujar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM tersebut.

Alhasil, ketika harga cabai turun drastis, masyarakat Sidomulyo banyak yang merugi. Dari situlah muncul ide untuk bisa mengembangkan produk-produk baru berbahan dasar cabai, contohnya seperti abon dan manisan cabai.

Dibantu keempat rekannya yakni Arum Dwi Rahayu, Aldo Dimas Surya Putranto, Ermi Saraswati, dan Dania Rima Diasti, Novita menjalankan program pemberdayaan kelompok masyarakat difabel di Sidomulyo. Program pemberdayaan tersebut dituangkan dalam bentuk bimbingan usaha yang memproduksi manisan dan abon cabai, dengan mengusung brand ‘Macamu’.

“Kami sengaja menggandeng kaum difabel dengan tujuan memberikan kesempatan dan lapangan kerja bagi kelompok masyarakat yang pada umumnya sulit memperoleh pekerjaan. Apalagi setelah melihat sebagian besar anggota keluarga lain yang masih sehat memilih untuk merawat, bahkan meninggalkan pekerjaannya agar lebih fokus dalam merawat anggota keluarganya yang difabel.,” tambahnya.

Di awal program, warga mulai dibimbing untuk mengetahui cara pengolahan abon cabai dan manisan cabai. Selain itu, Aldo Dimas Surya Putranto juga menambahkan bahwa warga juga dibekali pengetahuan tambahan untuk meningkatkan proses pengemasan yang baik dan benar agar produk yang dihasilkan memiliki nilai jual lebih dan dapat bertahan lama ketika dipasarkan.

“Untuk pemasaran abon dan manisan cabai, kedepan kami akan bekerja sama dengan berbagai toko pusat oleh-oleh yang ada di sekitar daerah Bantul,” ungkap Aldo.

Kelima mahasiswa UGM ini berharap melalui abon dan manisan cabai Macamu, bisa meningkatkan pendapatan yang diperoleh keluarga difabel, karena produk olahan cabai yang dibuat bisa dijual kapan pun tanpa harus menunggu harga cabai melonjak di pasaran.

“Disamping bisa meningkatkan perekonomian keluarga difabel, kami juga berharap produk abon dan manisan cabai bisa menjadi produk oleh-oleh unggulan khas daerah Bantul dengan brand komunitas difabel Desa Sidomulyo itu sendiri,” pungkas Aldo.

Diolah dari : Jogjadaily.com