Berawal dari Kamar Kos, Mahasiswa Ini Sukses Berbisnis Tas Handmade

berawal-dari-kamar-kos-mahasiswa-ini-sukses-berbisnis-tas-handmadeSuara mesin jahit terdengar dari salah satu kamar kos di Kampung Ngemplak Sutan, Mojosongo, Jebres, Solo. Salah satu mahasiswa ini bukan tengah mengerjakan tugas praktek atau pun meneliti mesin jahit. Ia sedang mengerjakan tas ransel pesanan teman temannya. Yap, kamar kosnya ia sulap menjadi tempat kerja bisnis tas handmade berlabel TIT.

Kecerdikan Alfin Asad Nasrudin menyihir kamar kos menjadi ruang kerja, tak lepas dari banyaknya pesanan tas handmade TIT miliknya. Untuk menghemat waktu dan biaya, mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual ISI Surakarta ini memilih mengerjakan di kamarnya.

“Sekarang saya status mahasiswa, biar gak buang-buang waktu pas lagi banyak pesanan, saya kerjakan di kamar. Biar bangun tidur, ngopi bentar, terus langsung pegang pola sama njahit,” ujar Popon, panggilan akrabnya.

pengerjaan-pesanan-tas-dirumahPopon mengaku pada mulanya tak tertarik dengan hal jahit menjahit. Pun di keluarganya, tak ada yang memiliki bakat menjahit. Kemahirannya membuat tas handmade bermula dari iseng ingin memiliki tas dengan desain sendiri. Lalu anak pertama dari dua bersaudara ini memberanikan diri menjahit.

Popon pun mulai menjahit ala kadarnya menggunakan mesin jahit kecil. Ia belajar autodidak melalui youtube, tanpa bimbingan dari tempat les. Ia juga mondar mandir belajar jahit, hingga ia mampu menjahit dengan mesin jahit industri seperti sekarang.

“Pertama kali membuat tas masalah pasti banyak sekali. Jahitan kendor, benang putus, kain pojok gak nyambung, pasti nemuin. Tapi, dengan berjalannya waktu, bisa belajar dari kesalahan,” kenang mahasiswa asal Pati ini.

Akhirnya sejak memulainya Maret 2017 lalu, kini Popon dapat membuat tas handmade bahkan tanpa bantuan pola sekalipun. Tangan terampilnya hanya membutuhkan garisan, gunting dan kapur jahit, serta sedikit logika dan imajinasi.

TIT Besar di Kamar Kos

Tim Bisnis UKM sempat mampir ke kamar kos Popon. Di kamar berukuran 3×3 meter itu, terlihat beberapa kain masih belum selesai dijahit. Terdapat pula satu mesin jahit andalan Popon. Selain itu, ada tempat tidur, lemari, selayaknya kamar kos mahasiswa.

situasi-kamar-kos-popon

Sembari menyelesaikan pesanan, Popon bercerita awal mendapat nama brand TIT. Nama TIT dalam bahasa Jawa sehari hari, memiliki arti fix atau final. Nama tersebut tercetus begitu saja setelah beberapa kali Popon mendapat ide dan sudah membuat desain mockup.

“Dulu itu malah membuat produknya dulu, terus dibeli sama temen temen. Akhirnya mereka nyaranin mbok dikasih nama, sayang katanya. Akhirnya pas ada momen yang ndelalah menemukan nama TIT. Itu juga jadi patokan agar saya tidak cari nama lagi,” ujar Popon.

Dalam proses pembuatan, Popon melihat pasar terlebih dahulu. Dari ide, Popon mengaplikasikannya ke satu contoh tas, kemudian langsung dilempar ke pasar. Baru setelah pasar menyambut positif, desain tersebut dibuat pola tersendiri menggunakan kertas yellow bird. Tujuannya untuk memudahkannya membuat tas serupa dalam jumlah banyak.

Kini rata-rata Popon dapat membuat 10 tas handmade dalam seminggu. Jumlah tersebut belum termasuk pesanan custom dari para pelanggan. Untuk pengerjaannya sendiri, ia memerlukan waktu sehari semalam.

Menyasar Anak Muda

tas-ransel-handmade-by-poponAnak muda dengan usia produktif menjadi sasaran utama Popon. Karenanya dalam hal desain, Popon melihat trend yang berkembang di kalangan anak muda. Dalam hal pemasaran pun, Popon menggunakan instagram dan facebook sebagai ujung tombak media.

“Kebanyakan yang beli ini kalangan mahasiswa, umur 18 sampai 30. Tapi bapak-bapak pun sudah pernah. Pokoknya tas ini menyasarnya semua kalangan karena mereka bisa custom sesuai keinginan sendiri,” ungkap Popon.

Selain mendesain sendiri, Popon juga membuka layanan desain custom dari pelanggan. Untuk harga per tas, Popon membandrol 75 ribu rupiah untuk tas biasa hingga 500 ribu rupiah seperti tas ransel. Namun, untuk pesanan custom, harganya sedikit lebih mahal karena Popon harus membuatnya tanpa pola dan waktu pengerjaannya lebih lama.

salah-satu-contoh-produk-titSelain Solo, tas popon juga pernah diminati pelanggan dari daerah lain seperti Jogja dan Jakarta. Bahkan tas desainnya pernah dibeli pelanggan asal Sumatra dan Kalimantan. Dan untuk meningkatkan customer beberapa hal sudah disiapkan Popon, termasuk bekerja sama dengan teman pelukis dan sebuah brand batik asal Solo.

Nah SahabatUKM juga jangan mau kalah ya! Usia bukan menjadi halangan untuk selalu berusaha dan meraih sukses!. Oh iya buat SahabatUKM yang tertarik untuk memesan tas handmade popon bisa hubungi 08562800242 atau bisa datang langsung ke Kampung Ngemplak Sutan RT 04/07 Rw XXIX, Mojosongo, Jebres, Solo.

Tim Liputan BisnisUKM
(Rizki B.P)
Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Solo Raya

2 Komentar

  1. Terima kasih sudah menginspirasi. Aku umur 18 tahun lagi ada dimasa masa ga mau kerja, tapi maunya usaha sendiri. Tapi ortu maksa nyuruh kerja. Tapi mindset ku terus pengen bikin usaha bisnis mulu . Semoga bisa jadi seperti bang popon yang sukses bangun usahanya sendiri. Salam dari bali

    • Terimakasih Kak Lilis sudah berkunjung ke BisnisUKM.com, semangat ya kak untuk mulai usahanya, semoga berhasil!

Komentar ditutup.