
Seiring perkembangan jaman, kini telah tersedia gula merah dalam bentuk serbuk, sehingga kita tidak perlu lagi repot-repot untuk menyisir gula merah padat. Bertempat di sebuah desa kecil di Purbalingga, Seno (22) dan Anto (26), merintis usaha gula serbuk, guna memenuhi kebutuhan pasar di era saat ini.
Baca Juga Artikel Ini :
Mencoba Bisnis Gula Semut Disela Kesibukannya Menjadi Jurnalis
Bermula dari profesi mereka menjadi karyawan pembuat gula serbuk pada tahun 2009, mereka pun mendapatkan keterampilan dalam memproduksi gula serbuk ini. Namun karena jarangnya order dan ketidakmampuan produksi, akhirnya tempat kerja mereka pun gulung tikar.
“Kerjanya tidak tentu. Kadang sebulan kita kerja, sebulan berikutnya kita libur, itu kalau pesanan dari Jepang. Kadang seminggu kita kerja, nanti dua minggu berikutnya kita libur. Dan terakhir, bos kita tidak bisa lagi melanjutkan usahanya, bahkan kita libur sampai satu tahun.” ujar Anto, saat ditemui Tim BisnisUkm, Rabu (09/03).
Di tengah perjalanan bisnis mereka, karena harga bahan baku melambung, usaha mereka pun sempat terhenti selama 6 bulan. “Yang usaha seperti ini kan sekarang sudah banyak. Jadi ketika kita beli bahan baku, pengrajin gula merah pun baru mau menjual gula mereka ke orang yang mau bayar tinggi.” lanjut Anto.
Produksi 1 Ton Gula Serbuk Per Sepuluh Hari
Di awal tahun 2016, mereka pun kembali melanjutkan usaha mereka. Satu per satu pesanan dari eksportir pun mulai kembali berdatangan. Dan sampai saat ini, mereka mampu memproduksi gula serbuk sebanyak 80 kg – 100 kg. Berbagai varian rasa yang mereka produksi antara lain, kayu manis, vanilla, kunyit, jahe, rempah, dan ekstrak daun sirsak.
“Kalau pesanan dari Eropa biasanya yang rasa vanilla sama kayu manis. Kalau rasa yang lain, seperti kunyit, jahe, rempah, dan ekstrak daun sirsak, kita bikin sendiri secara alami.” kata Anto, pengusaha muda yang terbilang cukup ulet ini.
“Selama ini kendala usaha utama adalah ketersediaan bahan baku yang terkadang sulit untuk didapat. Dari 10 kg gula merah padat, kami bisa membuat sekitar 8,5 kg gula serbuk. Dengan kata lain, penyusutan dari gula merah padat menjadi serbuk, rata-rata mencapai 15%,” jelasnya.
BINGUNG CARI IDE KEMASAN ?
Dapatkan Puluhan Ide Kemasan. Klik Disini!
Anto juga menambahkan bahwa saat ini sudah jarang ditemui generasi penerus pengrajin gula merah. “Kebanyakan para pemuda di desa ini, lebih memilih untuk merantau ke kota besar. Tapi saya optimis, keberlangsungan usaha ini sangat prospektif meski pernah terhenti selama 6 bulan,” pungkas pemuda lajang tersebut.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Febrian)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Purbalingga
Purbalingganya mana y mas febri