Kampung Sewu dikenal sebagai Kampung bisnis kue apem. Sebuah kampung dengan ciri khas kue kenyal berbentuk lingkaran. Sayangnya belum banyak yang rutin menekuni bisnis kue apem. Hanya segelintir warga, itu pun hanya bila ada pesanan.
Maria Latuasan, salah satu warga Kampung Sewu, mulai serius menekuni bisnis kue apem setahun ini. Berawal dari niat membantu pengembangan potensi kampungnya, mantan pegiat LSM Pendidikan tersebut rutin memproduksi kue apem. Ia mengemasnya dalam brand Apem Sewu Bibimia.
Nama Bibimia diambil dari nama panggilannya sehari-hari, Mia. Wanita kelahiran asli Kampung Sewu tersebut belajar seluk beluk bisnis lewat program pengembangan dari Kelurahan Sewu.
“Berawal dari niat untuk membantu pengembangan kampung, saya belajar mengenai pentingnya packaging, branding, dan marketing. Saya belajar banyak bahkan mengenai visi usaha,” tutur warga Sewu berdarah Jawa Maluku tersebut.
Tujuan besar Mia adalah mengenalkan apem tradisional. Ia melakukannya bukan dengan inovasi rasa atau warna-warni kue apem. Malah sebaliknya, Bibi dari sembilan keponakan tersebut ingin menjaga cita rasa apem tradisional.
Rahasia Dapur Bibimia
Mia memilih resep sang ibu menggunakan bahan-bahan alami. Saat kue apem lain hanya memakai ragi, Mia tetap menggunakan fermentasi singkong pilihan. Ia mencampurnya dengan tepung beras, gula jawa, serta telur sebagai peramah rasa.
Mia juga menambahkan irisan kelapa muda untuk cantiknya tampilan. “Saya masih pakai resep lama. Harapannya orang makan kue apem ini akan teringat masa kecil mereka,” tuturnya saat wawancara di rumahnya Kampung Sewu, Kelurahan Sewu, Jebres, Solo.
Rahasia dapur lainnya ada pada api kecil dan pasir di bawah panggangan. Api kecil menjaga rasa apem tetap nikmat serta membuatnya tahan hingga tiga hari. Sedangkan pasir untuk menambah aroma panggang si kue apem.
Sejajar Pancake dan Burger
Satu kardus Apem Sewu Bibimia berisi sepuluh kue. Mia membandrolnya dengan harga 20 ribu rupiah. Tak ada varian rasa, hanya satu resep yang dibuatnya. Mia memasarkannya melalui sosial media seperti Instagram dan Facebook, serta layanan Blackberry Messenger.
Selain dunia maya, Mia juga memasarkan apem dari mulut ke mulut. “Suami punya usaha katering. Kalau pas mengantar makanan, saya suruh pelanggan mencoba kue apem ini. Sejauh ini tanggapan mereka bagus, bahkan ada yang langsung order,” lanjutnya.
Impian besar dipatok Mia sejak dulu. Ibu rumah tangga ini memimpikan apem dari Kampung Sewu bisa sejajar dengan pancake dan burger. Sementara untuk target tiga tahun ke depan, Mia ingin membuka outletnya sendiri.
Mia memulai semua impiannya itu dengan mengikuti pameran di salah satu mall. Dari tes pasar itu, tanggapan pelanggan positif. Banyak dari mereka yang membawa apem Bibimia ke Jakarta, Bandung, bahkan luar Pulau Jawa seperti Lampung. Melihat responnya sangat bagus, Mia optimtis kedepannya bisnis kue apem ini tak bakal melempem meski zaman semakin modern.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Rizki)
Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Solo Raya