Kesuksesan datang kepada siapa saja yang mau bekerja keras. Nilushika Jayaweera membuktikannya. Dia datang ke Singapura sebagai pembantu rumah tangga pada 2001. Lalu, 15 tahun kemudian dia kembali sebagai seorang pengusaha sukses.
Kehidupan masa lalu Nilushika Jayaweera ibarat jalan yang terjal. Kedua orang tuanya meninggal saat dia masih anak-anak. Nilushika dan keempat adiknya akhirnya besar di panti asuhan. Ketika sudah cukup umur, perempuan asal Sri Lanka itu mengadu nasib di negeri orang. Dia datang ke Singapura untuk menjadi seorang pembantu rumah tangga.
”Jika mengingat masa lalu, saya tidak tahu siapa saya ataupun apa yang saya inginkan. Hidup mengalir begitu saja,” ujar perempuan berkulit sawo matang tersebut saat diwawancarai baru-baru ini.
Ikuti Kursus Memulai Bisnis Berkat Bantuan Majikan
Nilushika menginjakkan kaki di Singapura pada 2001. Selama sepuluh tahun, tidak ada perubahan mencolok pada kehidupannya. Sampai pada 2011, dia mengalami masalah rumah tangga. Nilushika tidak mau mengungkapkan apa masalahnya. Beruntung, dia memiliki majikan yang baik. Sang majikan menyuruhnya untuk mengikuti kursus di Aidha. Itu adalah organisasi nonpemerintah di Singapura yang mengajari para pembantu rumah tangga untuk mengatur keuangan dan memulai bisnis.
Sang majikan rela mengeluarkan uang USD 400 (Rp 5,4 juta) untuk membayar kursusnya di Aidha. Dia mengikuti kursus LSM yang berlokasi di United World College, Dover Road, tersebut dua minggu sekali selama sembilan bulan. Yaitu, setiap Minggu. Setiap pertemuan berlangsung tiga jam. Di Aidha, Nilushika belajar tentang literasi finansial, bisnis, dan kemampuan leadership. Perkenalan dengan Aidha itulah yang akhirnya membuka pintu sukses bagi Nilushika.
”Belajar berbagai keterampilan dari kursus tersebut menciptakan lebih banyak pilihan dan kemungkinan bagi saya. Saya menjadi sadar bahwa pendidikan dan pemberdayaan adalah kunci masa depan yang lebih cerah bagi perempuan,” ungkapnya.
Dengan kemampuan yang dia pelajari di Aidha, Nilushika akhirnya meminta suaminya untuk kembali ke kampung halamannya. Bukan untuk ongkang-ongkang kaki dan menerima penghasilan bulanan, melainkan mendirikan bisnis online jual beli daun teh kecil-kecilan. Dia dan suaminya membeli daun teh dari kebun-kebun yang bertebaran di Sri Lanka. Setelah itu, mereka mengemasnya untuk dijual. Kini keduanya memiliki 500 pelanggan skala internasional.
Bisnis Ini Untuk Membiayai Pendidikan Anak-anak di Desanya
Begitu usahanya mulai berkembang, perempuan 36 tahun itu berhenti dari pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga. Nilushika fokus membesarkan usahanya. Sebagian hasil usahanya dia gunakan untuk membiayai pendidikan anak-anak di desa kelahirannya. Termasuk di antaranya membelikan mereka buku-buku sekolah.
Beberapa bulan lalu, Nilushika juga mendirikan organisasi nonpemerintah yang dia kelola sendiri. Kini dia mengajari perempuan-perempuan di desanya untuk memulai usaha kecil agar tidak bergantung pada penghasilan suami. Mulai dari bisnis peternakan, menjahit, sampai berbagai keterampilan lainnya.
Pada 29 Oktober lalu, Nilushika diundang untuk menjadi pembicara di TED Talks. Kisah hidupnya dianggap menginspirasi. Nilushika berdiri di panggung yang sama dengan pembicara-pembicara lain, seperti pendiri perusahaan Microsoft Bill Gates serta mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore.
Secara terpisah, Chief Executive Aidha Jacqueline Loh mengungkapkan bahwa pendirian organisasi tersebut bertujuan untuk memutus rantai kemiskinan yang membelenggu para pembantu rumah tangga di Singapura. Sejak berdiri pada 2006, sudah ada 3.350 pembantu rumah tangga yang mengikuti kursus di Aidha. Separo di antaranya dibiayai oleh majikannya.
”Kisahnya (Nilushika Red) menunjukkan jika dia saja bisa mengatasi tantangan yang luar biasa, yang lain juga bisa melakukannya,” tegas Loh.
Sumber