Upgrade kemasan produk jadi isu penting dalam bisnis. Tidak saja untuk daya tarik, Septi Setiana-founder Sekar Jawi- berkata kemasan juga dituntut bisa bercerita tentang produk yang dijual. Seiring perkembangan era, trik berbisinis juga butuh diupgrade lho. Inilah pentingnya melihat jiwa zaman dalam produk yang kamu bikin. Artikel kali ini akan membahas lebih jauh terkait usaha minuman tradisiona ala Sekar Jawi, mulai dari tips bisnis hingga cerita tentang Sekar Jawi ketika masa pandemi. Kalau kamu tertarik dengan usaha ini, ikuti terus kisahnya ya.
Branding Produk Jamu Sekar Jawi
Beberapa pusat perbelanjaan memiliki kebijakan masing-masing, beberapa meminta untuk setiap barang konsinyasi menggunakan brand dari toko itu sendiri. Nah, di sinilah Septi melihat pentingnya menekankan brand sendiri, kenapa? Begini jawaban Septi, “ Sekar Jawi konsisten untuk menggunakan merek sendiri agar banyak orang kenal. Ketika mereka membeli produk, konsumen juga belajar tentang budaya bahan alami kita. Jangan sampai jamu tergerus dengan minuman-minuman yang hanya menang di iklan saja, sedangkan manfaatnya belum teruji. Jadi ya hanya menang booming.”
Bagi Septi dan Sekar Jawi, branding adalah usaha untuk melekatkan produk ke dalam memori masyarakat. Trik marketing ini harus dimulai dengan konsep yang jelas, seperti tujuan produk hingga visi dan misi perusahaan. Kedua hal tersebut yang coba dituangkan Septi ke dalam brandnya.
Setelah Branding Produk, Saatnya Upgrade Kemasan Produk ala Sekar Jawi
Setelah memikirkan soal branding, output lain yang patut diperhatikan secara serius adalah kemasan. “Kami termasuk sering sekali mengubah packaging, terutama ketika melihat perkembangan kompetitor. Kalau pengen usaha terus survive, mau tidak mau harus belajar dari kompetitor”, tegas Septi. Salah satu ciri khas produk yang dijual di ritel adalah perhatian secara khusus pada kemasan. Packaging dari produk-produk tersebut benar-benar menarik orang untuk membeli.
Prinsip itulah yang coba diterapkan oleh Sekar Jawi. Dalam setiap produk jualannya, Sekar Jawi menonjolkan kesan produk asli dari Yogyakarta. Misalnya dengan membuat ornamen batik dalam kemasan, lalu ditambahi ikon Jogja seperti tugu, gunungan, atau becak. Dengan begitu setiap orang melihat, meski tidak membaca deskripsi, bisa langsung mengenali dari packagingnya. “Telling product itu penting. Kayak misalnya kami punya produk masker, selain berbahan herbal tapi juga merupakan produk asli Jogja dengan kemasan yang memuat ciri khasnya.” Jadi, menurut Septi, kemasan tidak hanya menjadi kemasan, tetapi juga jadi bisa menceritakan isi dari produk tersebut.
Ubah Image Jamu Agar Lebih Milineal
Apa yang ada dipikiran ketika kita mendengar kata ‘jamu’? Mungkin beberapa akan merasa ‘kuno’, ‘tidak menarik’, hingga ‘pahit’. Untuk menyingkirkan image tersebut, Septi dan segenap tim kreatif Sekar Jawi menyusun startegi yang ciamik: tentukan pasar anak mudamu. “Kita bikin produk jamu untuk kalangan penggemar pemula, jadi tujuannya untuk menghilangkan kesan ‘tidak kekinian’ hingga ‘minuman orang tua’.
Sejak semula, Sekar Jawi memang mengincar kalangan pemula dalam hal jamu. Untuk menarik pasar maka diperlukan kemampuan melihat celah yang ada di masyarakat milineal. Meskipun jamu yang manjur adalah biasanya berasa pahit, Sekar Jawi mempertimbangkan selera anak muda juga. Menurut Septi, “Enggak bisa kita memaksakan lidah orang seperti kita. Makanya Sekar Jawi sedia jamu yang sederhana. Misalnya minuman secang, biasanya rasa yang ditawarkan hambar karena itu kita tambahkan gula. Cara pembuatan dan konsumsinya mudah, tinggal seduh air panas, sudah bisa dinikmati.” Tujuan akhir Sekar Jawi adalah mengajak banyak kalangan untuk sama-sama menikmati jamu, dengan manfaatb banyak dan penyajian yang sama mudahnya.
Oleh karena itu, produk-produk Sekar Jawi disesuaikan dengan kalangan milineal. “Jadi salah satu produk kita sebenarnya pembuatannya sederhana, ada simplisia kering seperti jahe sereh dan jeruk. Kami kemas sedemikian rupa, dengan pengolahan menggunakan oven. Kebersihan, kualitas, dan kadar airnya kami jaga juga. Jadi ketika dikonsumsi rasanya berbeda. Beda dengan ketika kita membuat produk itu tanpa standar baha baku. Kalau dari pengepul, lalu langsung dikemas dalam plastik, itu rasanya pasti beda”, jelas Septi.
Sekar Jawi Bertahan di Tengah Pandemi
Saat ini, bisnis mana yang tidak terkena efek dari pandemi? Banyak sektor usaha yang mengalami penurunan penjualan. Sekar Jawi termasuk yang terkena efeknya. Sebelum pandemi, Sekar Jawi mampu memproduksi minuman instan sebanyak 20 kilogram per hari. Sedangkan untuk minuman saset seperti wedang uwuh, misalnya, kita produksi perhari 200 pcs. Sedangkan untuk kosmetik karena perizinan baru turun pada Oktober 2019, maka setelah 6 bulan produksi langsung terpotong pandemi.
Sekar Jawi menggunakan sistem konsinyasi terutama di tempat-tempat wisata dan ritel modern. Sejak turunnya pengunjung ke dua tempat tersebut, penjualan lantas mengalami penurunan hingga 80%. Tapi, strategi baru dijalankan dengan menguatkan penjualan secara online. “Untuk online justru mengalami kenaikan. Ada beberapa yang tidak mau keluar rumah, jadi lebih suka memesan lewat market place”, tutur perempuan lulusan UGM ini.
Dari Upgrade Kemasan Produk Hingga Harapan Sekar Jawi Kedepan
Di tengah pandemi seperti ini, Septi dan segenap tim Sekar Jawi tetap menancapkan harapannya: “Saat pandemi kan banyak yang cari jamu untuk meningkatkan imunitas, harapannya jangan sampai berhenti sampai di sini, ayo sama-sam bangga dengna produk indonesia. Jika umkm bisa survive maka perekonomian akan berjalan. Kalau bukan masyarakat sendiri siapa lagi, jangan sampai kita cuma jadi penonton di negeri sendiri. Jangan sampai dijajah secara ekonomi. Harapan saya produk tradisional mulai dari jamu hingga kosmetik tradisional biaa dinikamti masyarakat Indonesia. Jadi bisa bangga dengan tradisi noenk moyang yang turun termurun. tidak perlu malu mengonsumsi jamu-jamuan.”
Itulah tips berbisnis ala Sekar Jawi, semoga bisa menjadi inspirasi ketika kamu memulai usaha ya. Kalau kamu memesan langsung minuman tradisional, kosmetik tradisional, dan produk berbahan herbal lainnya bisa dengan mengunjungi Sekar Jawi di desa Peleman, RT 09, Kalirandu, Kasihan, Bantul. Atau kalau kamu berlokasi jauh, bisa juga menengok akun instagram @sekarjawi_officialig. Bagikan juga tulisan ini ke teman kamu yang lain supaya makin banyak orang yang terdorong untuk memulai bisnis.
Ikutin kisah menarik dari para pengusaha sukses lainnya hanya di BisnisUKM.com.