Yogyakarta selain populer dengan sebutan kota pelajar dan budaya, juga dikenal memiliki segudang kuliner khas yang rasanya menggugah selera. Bahkan saat ini banyak orang (khususnya wisatawan) yang beranggapan jika ke Jogja belum lengkap rasanya apabila belum berwisata kuliner di berbagai sudut kota tersebut. Angkringan, lesehan kaki lima, hingga sekelas kafe dan restoran siap melayani para wisatawan dengan berbagai sajian menu masakan yang dijamin menggoyang lidah penikmatnya.
Belum lama ini, tim liputan bisnisUKM mendatangai salah satu tempat kuliner (berkonsep kafe) yang bisa menjadi referensi ketika bertandang ke Yogyakarta. Menu yang disajikan pun cukup istimewa karena mengangkat burger yang notabene merupakan menu western, bukan khas lokal dari kota Yogyakarta. Keberanian dari si pemilik kafe atau resto tersebut dalam mengangkat burger sebagai menu andalannya menarik untuk ditelusuri lebih jauh. Keberanian yang melahirkan varian dan inovasi produk yang bisa diterima lidah masyarakat lokal.
Mengusung Real Burger Sebagai Brand Produk
Tahun 2010 menjadi awal mula bagi Nanny dan Andre memulai pengembangan bisnis resto yang mengusung Real Burger sebagai brand produknya. “Kami berdua memiliki passion yang sama dalam bidang kuliner, saya memiliki hobby memasak, sementara Pak Andre memiliki keinginan untuk mendirikan restoran, alhasil dua keinginan yang sejalan tersebut kami kolaborasikan dengan mendirikan resto yang menyajikan menu masakan original, unik, dan khas, yakni burger,” terang Nanny. Ketakutan tidak diterimanya produk tersebut sempat terbesit dalam benak mereka berdua. Namun, mereka mengatasi segala ketakutan tersebut dengan mencoba menjalankan bisnis itu tanpa memikirkan ketakutan-ketakutan yang ada.
Aktif Berpromosi di Berbagai Media
Promosi di media, menjadi sponsorship, hingga mengadakan serangkaian kegiatan pendukung seperti lomba makan burger, dan lomba mewarnai anak-anak, menjadi langkah strategis yang dijalankan Nanny dan Andre dalam mengenalkan Real Burger miliknya. “Produk kami ini aman untuk semua kalangan, karena diproduksi tanpa MSG, pewarna, dan pengawet, sehingga jangkauan pasarnya pun tidak ada batasannya, termasuk anak-anak,” lanjutnya. Apa yang dilakukan Nanny dan Andre ternyata terbukti efektif, karena Real Burger lambat laun mulai diterima oleh masyarakat.
Dengan tagline ‘the real taste of burger’, Nanny berupaya menyajikan burger yang benar-benar burger. “Prinsip kami sejauh ini ingin memiliki burger dengan variasi terbanyak (untuk original), jika orang lain memproduksi banyak, kami pengen yang lebih banyak lagi,” terangnya sembari tersenyum. Adapun menu andalan yang dimiliki Real Burger saat ini antara lain Rich Cheese Burger dan Mushroom burger. Kedua menu burger tersebut rata-rata dalam sebulan bisa terjual hingga 2.000 buah.
Saat ini Real Burger sudah memiliki 3 buah outlet yang tersebar di beberapa lokasi di Yogyakarta. Masing-masing outlet dikemas berbeda, yakni take away dan semi resto (kafe). Dengan 3 buah outlet yang dimilikinya tersebut, Nanny kini mengaku bisa memperoleh omzet rata-rata hingga 100 juta setiap bulannya. “Hasil yang sesuai dengan harapan kami, perjuangan yang kami lakukan selama 3 tahun tidaklah ringan, terutama menyatukan dua kepala yang terkadang tidak sejalan beriringan, namun ini bukan menjadi akhir perjalanan bisnis kami, masih banyak hal yang ingin kami capai, terutama kami ingin memberikan banyak kebermanfaatan bagi orang-orang di sekitar kami,” terang Nanny sekaligus menutup sesi wawancara pada siang hari tersebut.
Tim liputan bisnisUKM