Bila kalian penggemar masakan seafood, tapi bosan dengan tempat yang itu itu saja, kalian perlu datang ke Kota Solo. Ya, salah satu tempat makan di Jalan Gatot Subroto No. 160, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serangan menawarkan sensasi menyantap masakan laut di yang tak biasa. Tempat ini menyuguhkan pengalaman makan di dalam bus. Deferensiasi atau tampil beda menjadi kunci bisnis Terminal Kepiting. Keluarga Muhammad Shoma, owner sekaligus pengelola tempat ini, sengaja menghadirkan satu unit bus yang disulap menjadi restoran kecil. Para pengunjung dapat mencoba sensasi menyantap menu andalan masakan kepiting di dalam bus tersebut.
Kendaraan buatan Jepang tahun 80-an tersebut mendapat sentuhan desain apik di bagian interior. Terdapat sekitar tujuh meja yang dapat menampung belasan pengunjung. Selebihnya interior dibiarkan seperti aslinya agar memberi pengalaman baru bagi mereka.
Sementara itu bagian luar bus terlihat bagus dengan warna oranye, sesuai dengan warna kepiting. Kelengkapan bus pun terlihat utuh seperti kaca, spion, ban, dan bahkan mesinnya masih dapat berfungsi dengan baik.
Bus tersebut satu dari total empat bus yang didapat keluarga Shoma pada lelang 2016 lalu. Kendaraan buatan Jepang itu merupakan bekas bus bandara milik Batavia Air. Selayaknya bus bandara, kendaraan itu memiliki tiga pintu sehingga memudahkan keluar masuk pengunjung maupun karyawan saat mengantar makanan. “Kita ingin sesuatu yang unik karena kalau biasa saja pasti tidak banyak peminatnya. Kita memikirkan gagasan out of the box, jadi ketika pengunjung datang mereka dapat menyantap menu di dalam bus, merasakan suasananya, serta menikmati hidangan yang kita sajikan,” kata Muhammad Shoma, bungsu tiga bersaudara. Tak jarang pengunjung memanfaatkan bus bandara tersebut sebagai background swafoto maupun foto bersama keluarga. Selain di dalam bus, Shoma juga menata meja di halaman depan bangunan utama. Sedang di dalam bangunan, masih ada lagi tempat bagi para pengunjung.
Bus Mendadak Viral
Shoma dan keluarga benar-benar memanfaatkan deferensiasi tempat makan miliknya. Setelah dua tahun bus tersebut tak mendapat tempat, kini malah menjadi trade mark mereka. Ya, nama Terminal Kepiting juga semakin menegaskan keinginan mereka membawa suasana unik. Butuh sekitar dua bulan untuk menyiapkan semuanya. Selang waktu itu digunakan untuk mencari menu yang tepat, tempat yang tepat, serta pasar yang tepat. Mereka berani menyasar semua pasar, mulai dari anak muda melek gadget, hingga keluarga yang datang beramai ramai.
Shoma menggenjot pemasaran melalui sosial media seperti instagram. Hasilnya, bus tersebut mendapat tempat tersendiri terutama bagi para penikmat seafood. Dalam sehari ,Shoma mengaku dapat menghabiskan 100 kilogram kepiting atau sekitar 250 porsi masakan. Bahkan saat weekend jumlah tersebut bisa bertambah cukup banyak.
“Dua minggu buka ini Alhamdulillah masyarakat Solo menyambut baik. Apalagi kalau weekend, Alhamdulillah bisa tutup cepat karena kehabisan kepiting. Kalau menu yang paling laris itu kepiting Tarakan King,” lanjut pria asal Boyolali itu.
Terdapat menu kepiting lain serta bermacam seafood seperti kerang dan udang. Keluarga Shoma menyediakan banyak varian harga mulai dari 18 ribu hingga 195 ribu rupiah tergantung jumlah porsi dan macam isian. Mereka juga membuat pengunjung penasaran dengan empat varian saus yang mereka tawarkan yaitu telor asin, saus padang, saus rempah, dan asam manis.
Didikan Keluarga Sejak Dini
Shoma menjadi keluarga termuda yang turut andil dalam bisnis kuliner ini. Selain dia, ada sang ayah, Paryadi, dan kakak ipar, Andriatma Sandy. Ketiganya bahu membahu membesarkan Terminal Kepiting di tengah persaingan bisnis kuliner di Solo. Meski begitu, hadirnya pemikiran unik tempat ini, tak lepas dari didikan Paryadi.
“Saya sebenarnya PNS, tapi sejak anak anak masih kecil saya ndak pernah mendidik mereka jadi pegawai. Di sela-sela waktu saya, saya juga membangun bisnis lain, ada juga sekolah kejuruan. Nah bisnis-bisnis ini bisa jadi tempat mereka untuk sekedar praktek atau mencari penghidupan setelah lulus nanti,” ungkap Paryadi tersenyum.
Selain berbisnis, ayah Shoma juga menanamkan pentingnya berbagi. Total Terminal Kepiting memiliki sekitar 22 orang karyawan, baik yang ada di tempat makan di Solo, maupun di dapur utama Pulisen, Boyolali. Dapur utama sendiri telah memberikan lapangan bagi janda-janda usia 50 hingga 70 tahun.
“Bisnis itu penting, tapi yang lebih penting kita dapat berbagi dengan sesama. Sama jangan lupa pelayanan kepada pelanggan. Di sini pokoknya kita garansi, kepiting kosong kita ganti, kepiting bau kita juga ganti yang baru,” tambah Puryadi. Ajaran Puryadi ternyata ditangkap baik oleh Shoma. Bersama kakak ipar dan anggota keluarga lainnya, Shoma berencana memanfaatkan tiga bus tersisa untuk membuka bisnis serupa di beberapa kota. Bagi kalian yang ada di Yogyakarta harus bersiap, karena mereka berencana membuka cabang pertama di sana.