Mengubah haluan bisnisnya dari jualan CCTV menjadi seorang produsen boneka nyatanya tak membuat Syamsul Arifin lantas menyesal dengan keputusan yang Ia ambil saat itu. Kejeliannya melihat permintaan pasar di bisnis boneka yang semakin cemerlang, membuatnya nekat memulai bisnis boneka dengan modal uang Rp 5 juta.
Meski pengalamannya di bisnis boneka tidak terlalu banyak, Syamsul memberanikan diri merintis bisnis boneka di tahun 2012 silam dengan modal uang Rp 5 juta yang ia dapatkan dari hasil penjualan CCTV. Tak pernah main-main dengan keputusan yang ia ambil, saat itu Syamsul mengawali bisnis barunya dengan menjadi reseller boneka yang Ia jalankan via online.
“Waktu itu saya memulainya sebagai reseller boneka melalui internet,” ujarnya. Dibantu sang istri tercinta, CEO Bonekamu ini mengawali bisnisnya dengan memanfaatkan sosial media dan situs belanja online sebagai media promosi sekaligus lapak jualan online. Cara ini diakuinya cukup hemat dan efektif.
Belum genap setahun berjalan, Syamsul sudah bisa membuka toko boneka di Jl. Gajayana, Malang, tepatnya pada bulan Juni 2012. Dengan modal Rp 5 juta yang Ia miliki, Syamsul mengaku seluruh uangnya terkuras untuk menyewa toko. “Sedangkan untuk melengkapi barang dagangan di toko, saya sendiri hanya menerima sistem konsinyasi untuk setiap mitra yang ingin bekerjasama,” kata alumni pesantren di Gontor ini.
Mulai Merangkak Naik Setelah Demam Emoticon BBM
Geliat permintaan pasar yang begitu bagus, Syamsul pun berhasil membuka cabang di tahun yang sama, tepatnya di bulan Desember 2012. Di tahun berikutnya, perkembangan bisnis Bonekamu mengalami lompatan tajam manakala demam boneka emoticon BBM sedang mewabah di Indonesia. Bonekamu bergerak sangat lincah dalam menjaring calon konsumen dengan menampung boneka emoticon BBM yang dipasok dari berbagai distributor.
Bahkan saking larisnya, seluruh distributor yang menjadi mitranya kewalahan memenuhi permintaan Syamsul. Dari sanalah ia mulai memantapkan diri untuk menjadi produsen boneka. “Saat itu saya membeli mesin jahit model lawas dan merekrut dua karyawan sebagai tenaga produksi. Saya juga mendapat modal dari Kredit Usaha Rakyat,” jelas pria asli Malang, kelahiran 3 April 1987 ini.
Menjadikan rumahnya sebagai pusat produksi, di tahap awal ia menghadapi berbagai kendala, dari mulai kualitas jahitan boneka yang belum memuaskan sampai kewalahan mengerjakan pemesanan yang membludak jumlahnya. Untuk mensiasatinya ia menambah karyawan (sekarang ini ada sekitar 17 tenaga produksi dan 8 orang admin) dan berinvestasi di mesin mahal dengan harga senilai Rp 200 juta.
Rata-rata setiap proses produksi Bonekamu memerlukan waktu dua-tiga minggu karena proses pemotongan hingga printing cukup memakan waktu yang cukup lama. Sampai saat ini, Syamsul masih menggabungkan proses manual dan teknologi mesin, dengan membuat berbagai karakter tokoh animasi dan model yang dikembangkan oleh tim produksi.
“Setiap harinya kapasitas produksi mencapai 200 boneka, atau sekitar 6 ribu boneka per bulan. Produk andalan kami sekarang bantal leher yang kebanyakan dipesan perusahaan untuk souvenir,” kata Syamsul dikutip dari Swa.co.id.
Menggunakan kain velboa, dan isian silikon tipe HCS level terbaik yang mudah dicuci dan antibakteri, harga satuan boneka Syamsul dibandrol dari kisaran Rp 30 – 40 ribu. Dalam setahun, rata-rata omset Bonekamu mencapai Rp 1,5 miliar. Tidak hanya itu saja, cabang Bonekamu pun sekarang ini sudah berkembang menjadi 4 cabang, yakni terdiri dari 3 toko di Malang dan 1 toko di Jogja.