UKM Indonesia Benahi Kemasan, Agar Tak Kalah di Pasar ASEAN

UKM Indonesia benahi kemasanMasyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah diberlakukan sejak Januari 2016, mendorong persaingan pasar UKM di kawasan Asia Tenggara kian terbuka. Pelaku usaha kecil menengah (UKM) menghadapi tantangan berat.

Jika tak ingin produknya kalah bersaing dengan produk serupa dari negara tetangga yang tergabung sebagai anggota MEA, pelaku UKM Indonesia harus mempersiapkan diri lebih serius. Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa (terbanyak di kawasan Asia Tenggara), tentunya Indonesia bakal menjadi pangsa pasar empuk bagi negara-negara anggota MEA.

Lalu, langkah apa yang harus dipersiapkan pelaku UKM Indonesia untuk menghadapi pasar MEA?

Ketatnya persaingan bukan hanya terjadi dari segi penjualan produk, namun juga dari strategi pemasaran yang dilakukan pelaku usaha untuk bisa tetap bertahan dalam mengembangkan usahanya. Agar produk UKM Indonesia tak kalah bersaing dengan negara tetangga, langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan kemampuan produk dengan menciptakan inovasi baru pada kemasan yang digunakan.

Tak bisa kita pungkiri bila saat ini kebanyakan konsumen tidak lagi melihat dari mana suatu produk berasal, tapi dari bentuk kemasan yang digunakan. Bahkan sekarang ini kemasan produk menjadi faktor penentu suatu produk bisa diterima di pasaran atau tidak.

Menghadapi Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), Dinas Perindustrian dan Perdagangan di sejumlah daerah yang tersebar di Indonesia menekankan pelaku UKM harus memperbaiki kemasan produk agar bisa bersaing di pasar domestik maupun internasional.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Tenggara, mulai menunjukan keseriusannya untuk membantu para pelaku UKM dalam menentukan standar kemasan produk sesuai standar ASEAN. Untuk mewujudkan program tersebut, sejak akhir tahun 2015 Disperindag Sulawesi Tenggara mulai melakukan sosialisasi serta pembinaan dan pelatihan kepada pelaku UKM agar mampu menciptakan desain kemasan produk yang menarik sesuai dengan jenis produk yang dipasarkan.

Sejalan dengan program yang dicanangkan pemerintah, Kabupaten Lamongan juga mulai mendorong para pelaku UKM di daerahnya untuk memperbaiki kemasan produk. Di tahun lalu sedikitnya tercatat ada sekitar 1.500 UKM yang siap meramaikan pasar MEA 2016. Selama tahun 2015, UKM Lamongan mengalami peningkatan nilai ekspor sebesar 24,78 persen atau naik sekitar Rp 1. Pihak Disperindag Lamongan kini terus mendorong UKM Lamongan untuk menciptakan inovasi baru khususnya untuk mengoptimalkan branding produk sehingga konsumen bisa lebih mudah mengenali produk UKM Lamongan.

Meski begitu, para pelaku UKM tetap dihimbau sebelum bersaing di luar negeri harus fokus menguasai konsumen di dalam negeri, baru kemudian bertarung menghadapi produk asing dari negara tetangga.