Hebatnya Kawasan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Pulogadung!

Kawasan pusat pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah serta permukiman Pulogadung, Jakarta Utara memang pantas menjadi objek pebisnis dari kalangan UMKM untuk belajar berbagai hal. Karena di lokasi itu, dari hulu sampai hilir usaha UMKM mampu menyedot pasar ke seluruh Indonesia, bahkan mancanegara. Mulai dari bisnis garmen, industri kulit (tas, sepatu dll), logam, furniture sampai kuliner.

hebatnya-kawasan-umkm-pulogadung

Mengingat begitu hebatnya kawasan tersebut, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Brebes bersama pengelola UMKM setempat, Jumat dan Sabtu (4-5/11) lalu mengadakan studi orientasi ke kawasan tersebut untuk menimba ilmu tentang pengelolaan usaha agar bisa lebih profesional. Banyak hal menarik dari kawasan seluas 104 hektare itu. Karena pengelola kawasan PIK Pulogadung menyediakan 37 hektare untuk bisnis UMKM dan sisanya untuk perumahan.

Adapun mereka yang meramaikan bisnis UMKM, datang dari berbagai daerah seperti Yogyakarta, Pemalang, Garut, Tasikmalaya, Solo, Bandung, dan lainnya. Seperti dikerjakan Shofanah, warga Comal-Pemalang yang menggelar usaha pembuatan kaos dalam partai besar.

Dia membuka showroom di jalan masuk PIK dengan mengerahkan puluhan pekerja. Di showroomdia menempatkan alat bordir kaos bekapasitas 20 unit, sehingga sekali alat itu bekerja 20 kaos dapat dibordir sesuai dengan pesanan. Shofanah mengaku, di musim pilkada ini pesanan kaos dari berbagai kota berdatangan ke showroom-nya.

Soal harga bisa bersaing alias lebih murah dibanding tempat lain. ‘’Satu kaos dengan kualitas terbaik, kami jual Rp 65 ribu. Jika di toko harganya di atas Rp 100 ribu,’’paparnya. Pelaku usaha mikro kecil dan menengah di sana umumnya menerima orderan dalam bentuk tanpa merek.

Sarung Tangan

Pemesan nantinya akan memasang merek sendiri, termasuk pemesan dari luar negeri. Karena itu jangan heran apabila suatu produk garmen tertentu dari tempat asalnya cuma dihargai puluhan ribu, setelah ditempel merek terkenal bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Tino WR, pemilik usaha sarung tangan asal Yogyakarta mendapat pesanan dari pemegang merek Daytona Jepang untuk memproduksi 3.000 unit sarung tangan per bulan.

Bahkan, berkat kreativitas menciptakan sarung tangan terbaru berbahan campuran kulit dan kain bahan kaos, dia mendapat orderan dari Kalibre (Perancis) sebanyak 5.000 unit. Tino mengatakan, pemegang merek terkenal lebih mengutamakan kualitas barang ketimbang model. Ini berbeda dengan orang Indonesia yang lebih mengutamakan model barang.

‘’Barang ini sepintas kurang menarik bagi orang Indonesia, namun di sana (Perancis) justru disukai,’’ jelas dia sambil menunjukkan sarung tangan yang diidolakan. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Brebes Sutejo secara jujur mengutarakan, UMKM daerahnya harus banyak belajar di kawasan PIK Pulogadung.

SUMBER