Yogyakarta – Amati Tiru Modivikasi (ATM) rupanya diterapkan Ika Sofiana dalam merintis usahanya. Profesinya sebagai sales alat tulis membuatnya sering keluar masuk toko dan mengamati beberapa produk yang laku terjual. Tak jarang pandangannya selalu mengarah ke celengan anak. Dari situ ia tertarik untuk membuat kerajinan celengan dengan bentuk dan gambar yang lebih bagus serta menarik dari yang sudah ada.
Setiap ia kembali ke beberapa toko, beberapa buah celengan yang sebelumnya ia lihat sudah laris terjual. Ia pun berpikir peluang bisnis kerajinan celengan sepertinya masih sangat potensial. Kemudian ia berencana membuat celengan dengan ragam bentuk yang unik disesuaikan keinginan anak.
”Awalnya lihat aneka bentuk celengan yang laris di pasaran. Bentuknya biasa aja, ada yang ga biasa tapi harga juga mahal. Pasti tidak terjangkau anak-anak. Kemudian saya berpikir untuk membuat celengan dengan harga terjangkau tapi dengan ragam bentuk yang bagus dan unik,” katanya.
Di tahun 2014 Ika memulai usahanya dengan modal Rp 300 ribu, dari hasil bonus pekerjaannya sebagai sales. Dari modal tersebut, Ibu tiga anak ini membeli bahan-bahan untuk membuat kerajinan celengan. Yaitu kertas karton, lem, cutter, stiker dan bahan penunjang lainnya. Ia pun belajar membuat celengan secara otodidak dan meminta bantuan seorang desainer lulusan ISI untuk mendesainkan ukuran stiker dan konsep bentuk celengan. Meskipun saat itu ia belum bisa membayar sepenuhnya. Namun dengan didesain terlebih dahulu, memudahkan Ika dalam mengerjakan celengannya.
”Dari modal itu saya membeli perlengkapan. Bahan dasar celengannya berasal dari limbah gulungan kain yang saya potong dan saya lapisi stiker aneka gambar karakter. Setelah jadi, lalu saya coba titipkan ke salah satu toko alat tulis di Jalan Wonosari,” tuturnya.
Wanita kelahiran Yogyakarta ini melanjutkan, selama kurang lebih satu tahun merintis bisnis kerajinan celengan yang ia beri nama Celengan Yogya itu Ika juga tetap bekerja sebagai sales. Sehingga ia mengerjakan celengan ketika usai pulang bekerja atau saat libur. Hasilnya pun kurang maksimal, karena setiap kali membuat Ika hanya menghasilkan 3 sampai 5 buah celengan. Bisnis sampingannya itu terkadang dibantu oleh putri sulungnya Berliana Vindi Rahmanda yang kini duduk di bangku SMK.
Bisnis Celengan Berkembang Setelah Mengikuti Bazar
Akhirnya pada 2015, Ika mendapat kesempatan mengikuti bazar pertamanya di daerah Cebongan pada even pembukaan sebuah swalayan. Di sana ia membuka lapaknya selama sebulan dari pagi hingga malam. Ia pun bolak balik ke lokasi bazar disela-sela pekerjaannya.
”Mungkin itu salah satu bentuk perjuangan. Harus bolak balik ke bazar sebelum berangkat dan pulang kerja. Saya mempekerjakan 4 SPG untuk bergantian menjaga stand. Alhamdulillah dari sebulan ikut bazar, pelanggan berdatangan bahkan ada yang langsung pesan ratusan celengan untuk souvenir ulang tahun,” jelasnya.
Ika mengatakan, sejak saat itu ia merasakan kebanjiran order. Ia mulai tidak sanggup membuat pesanan celengan seorang diri dan membutuhkan tenaga kerja untuk membantunya. Ika pun memberdayakan ibu rumah tangga atau tetangga sekitar tempat tinggalnya. Cara pengerjaannya boleh dibawa pulang, karena saat itu Ika masih bekerja sehingga tidak bisa mengawasi langsung.
”Sembari saya bekerja sebagai sales alat tulis, saya juga melakukan penawaran celengan saya. Itu pun sepengetahuan atasan saya, karena saya izin dahulu. Jadi ini benar-benar kesempatan untuk celengan saya bisa masuk toko,” terang Ika.
Dari sanalah kemudian Ika berpikir untuk menekuni dan fokus pada usahanya. Pada awal 2016 Ika resign dari pekerjaannya. Kemudian ia konsen ke penjualan dan penawaran celengan ke berbagai toko di Yogyakarta. Hasilnya ia mendapat 65 toko untuk menjualkan celengannya. Dua dari swalayan terbesar di Yogyakarta dan memiliki banyak cabang rutin memesan Celengan Yogya sebanyak 50 pcs setiap dua pekan sekali.
Hingga pertengahan tahun, Ika masih menggunakan tenaga borongan, namun hasil tidak maksimal. Beberapa bentuk celengannya kurang sesuai desain dan kurang rapi dalam proses finishingnya. Akhirnya kini Ika ambil alih semua produksinya. Sejak pertengahan tahun kemarin, Ika mempekerjakan 6 orang yang mengerjakan produksi celengan di rumahnya di Wedomartani, Sleman.
Ika membanderol harga celengannya mulai dari Rp 20.000 hingga ratusan ribu rupiah, tergantung bentuk dan bahannya. Tak hanya melayani untuk dipasok ke 65 toko di Yogyakarta, Ika juga masih melayani layanan perorangan dan sekolah. Belum lagi rutin mengikuti bazar atau pameran yang membuatnya harus mampu memproduksi celengan dalam jumlah banyak.
”Saat ini kami kuwalahan mengahadapi pesanan. Banyaknya even bazar membuat stok ke toko sedikit terhambat,” ujar putri pertama dari tiga bersaudara ini.
Menjadi celengan yang terlaris di pasaran, membuat Ika selalu tertantang untuk terus berinovasi membuat celengan yang lebih bagus lagi. Ia pun memperhatikan dari segi bahan, kualitas kertas stiker, cat dasar, hingga kemasan. Untuk bentuknya mulai bulat lonjong, hingga bentuk aneka rumah.
Dahulu Ika hanya memiliki karakter Hello Kitty, namun kini berkembang ada Minion, Barby, dan lainnya yang disesuaikan kegemaran anak masa kini. Dahulu Ika belum mampu menambah karakter, karena keterbatasan dana untuk membeli alat potong khusus. Namun kini ia telah memiliki banyak alat potong kertas karton, sehingga mempermudah pengerjaanya dan memenuhi pesanan dalam jumlah yang banyak.
”Kelebihan dari produk kami, memiliki bentuk celengan yang unik, awet karena bahannya pilihan. Baik dari bahan baku kertas dan lapisannya yaitu cat dan stiker. Sehingga hemat, bisa digunakan lagi karena untuk mengambil uangnya tidak perlu merusak celengan,” ujarnya.
Dari hasil usaha celengannya itulah, Ika mampu membeli mobil sendiri yang sering ia gunakan untuk mobilitas kulakan bahan baku, menyetok barang ke toko, dan ikut bazar. Ia mengaku, meski tidak pernah berhutang untuk modal usahanya itu, kini hasilnya melebihi gajinya sebagai karyawan.
Tim Liputan BisnisUKM
Titis A. W
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Yogyakarta