Kurangi Bahan Kimia, Petani Harus Bisa Olah Sampah Jadi Pupuk Organik

Kurangi Bahan Kimia, Petani Harus Bisa Olah Sampah Jadi Pupuk Organik

Kurangi Bahan Kimia, Petani Harus Bisa Olah Sampah Jadi Pupuk Organik
Untuk mendukung program kemandirian petani di Indonesia, pemerintah memberikan pelatihan bagi para petani untuk bisa mengolah sampah organik menjadi pupuk. (Foto : www.teropongbisnis.com)

Lebih dari tiga puluh tahun, lahan pertanian di Indonesia digempur dengan penggunaan pupuk non organik. Sayangnya, bahan-bahan kimia yang disemprotkan secara intensif dan berlebihan justru menyebabkan kerusakan pada struktur tanah. Menyikapi kondisi tersebut, pemerintah mulai menghimbau para petani untuk kembali menggunakan pupuk organik.

Ditambah lagi sekarang ini alokasi pupuk bersubsidi pada tahun 2017 hanya berkisar 56.200 ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan alokasi tahun 2016 yakni sebanyak 60.770 ton. Kuota pupuk bersubsidi mengalami penurunan karena di tahun lalu saja penyerapan pupuk masih tergolong rendah, sebagian petani sudah mulai beralih menggunakan pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah.

Dijelaskan, pupuk organik terbukti mampu mengembalikan kesuburan tanah. Guna mendukung program ini, pemerintah berupaya mendorong para petani dalam kemandiriannya mulai memproduksi pupuk kompos dari sampah-sampah organik di sekitarnya.

Untuk mendukung program kemandirian petani di Indonesia, pemerintah mulai memberikan pelatihan bagi para petani untuk bisa mengolah sampah menjadi pupuk organik. Seperti dengan mengolah sampah organik berupa kulit buah-buahan, serbuk gergaji, dedak padi dan daun kayu yang masih hijau atau yang sudah jatuh ke tanah. Apalagi proses pembuatan pupuk organik juga cukup mudah, sehingga tidak ada alasan bagi petani untuk tak mencoba olah sampah jadi pupuk organik.

Baca Juga Artikel Ini :

Peluang Bisnis Mengolah Sampah Jadi Pupuk Kompos

Produksi Kompos Organik Dari Tumpukan Sampah di Pasar Tradisional

Selain itu, para petani juga diminta menyisakan batang jerami di sawah untuk menambah unsur hara pada tanah. Batang jerami yang membusuk selanjutnya akan terurai dan bisa menghasilkan unsur hara kalium (unsur K) sebanyak 5 persen. Jadi petani tak perlu memberikan unsur K tambahan dari pupuk kimia.

Dengan bagitu, petani di Indonesia bisa menghemat biaya pengeluaran setelah menggunakan pupuk organik dari sampah yang mereka kumpulkan. Bahkan jika olahan sampah organik tersebut bisa menghasilkan pupuk kompos dalam jumlah besar, tidak menutup kemungkinan bila petani di Indonesia bisa menjadi pemasok pupuk organik di daerahnya sendiri.

Untuk proses pengolahan sampah jadi pupuk organik sebenarnya cukup praktis, setelah dicacah dan dicampur dengan bahan tambahan lainnya, selanjutnya ditumpuk pada satu tempat serta disiram dengan kapur dolomite untuk proses pembusukan, dalam waktu 28 hari sudah bisa digunakan.

Proses tersebut bakalan semakin mudah dan praktis dengan adanya bantuan mesin tepat guna seperti mesin pencacah sampah organik, mesin pengayak kompos, dan mixer kompos organik. Untuk bisa mengolah sampah menjadi kompos organik dalam jumlah besar, kamu bisa memanfaatkan kecanggihan mesin tepat guna tersebut.

Tapi ingat, sebelum memutuskan untuk membeli sejumlah mesin pengolah kompos, pastikan kamu mendapatkan produk dan layanan purna jual yang berkualitas agar tak salah dalam berinvestasi mesin. Pastikan juga kamu membeli mesin pengolah sampah organik di Pengolahsampah.com karena sudah terbukti memiliki harga bersaing dan layanan purna jual yang sangat bersahabat.

Informasi Mesin Pengolah Sampah
Mesin pengolah kompos dapat diperoleh :

Pengolahsampah.com

Alamat : Jl. Magelang KM. 13 Triharjo Sleman Jogjakarta

Call Support : Senin – Sabtu (Jam 08.00 – 16.00)

  • Telkomsel : 081 227 799 912
  • Telkomsel : 085 227 746 362
  • Indosat : 085 743 366 688
  • XL : 087 891 202 010

Fax    : (0274) 869 720
Email : marketing@anekamesin.com