Untuk mengurangi konsumsi makanan pokok berupa beras, pemerintah mulai melaksanakan berbagai macam program diferensiasi pangan untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Salah satunya saja dengan mengangkat buah sukun sebagai salah satu bahan pangan alternatif yang kandungan karbohidratnya hampir sama dengan beras.
Di Indonesia sendiri, potensi buah sukun bisa kita temui dengan mudah hampir di seluruh pelosok daerah. Biasanya, kebanyakan masyarakat mengkonsumsi sukun dengan cara yang cukup sederhana, yaitu dengan menggoreng ataupun merebusnya. Padahal, apabila kita jeli dalam melihat peluang pasar, sebenarnya buah sukun bisa diolah menjadi beragam jenis produk olahan yang bercitarasa lezat dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi di pasaran.
Namun, sayangnya potensi pasar buah sukun belum digarap dengan optimal. Sehingga tidak heran bila sampai hari ini buah sukun hanya dijadikan sebagai bahan pangan lokal pendamping beras yang biasanya dikonsumsi masyarakat pada saat musim paceklik beras. Misalnya saja seperti di Daerah Maluku, buah sukun hanya diolah dengan cara dibakar utuh, kemudian dikupas dan dipotong-potong untuk dijadikan kolak sukun. Tentunya diversifikasi produk dari buah sukun masih sangat terbatas, padahal sukun merupakan salah satu komoditas yang mudah rusak, sehingga harga jualnya di pasaran relatif sangat murah.
Keterbatasan pemanfaatan sukun di Indonesia disebabkan kurangnya informasi masyarakat tentang komoditi buah sukun. Padahal komoditi ini sangat potensial untuk dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras. Contohnya saja dengan mengolah buah sukun menjadi tepung dan pati sukun yang kedepannya bisa dikembangkan menjadi beragam jenis makanan ringan. Menurut penelitian, tepung sukun mengandung pati lebih kurang 60% dan karbohidrat 18%. Kelebihan inilah yang menjadikan buah sukun sebagai salah satu golongan buah yang sangat berpotensi sebagai sumber karbohidrat.
Selain daging buahnya yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat pengganti beras, hampir seluruh bagian tanaman sukun dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan hidup masyarakat. Kayu pohon sukun tahan terhadap serangan rayap, dan bisa digunakan untuk membuat perahu atau konstruksi rumah. Daunnya yang telah kuning dapat diolah menjadi minuman obat penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, serta bisa juga digunakan sebagai bahan ramuan obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal. Tak hanya itu saja, getah sukun (latek) bahkan mulai dimanfaatkan masyarakat Ambon sebagai bahan pembuat dempul tong kayu atau perahu agar bisa kedap air.
Melihat besarnya manfaat yang bisa kita ambil dari tanaman buah sukun, tidak ada salahnya bila mulai sekarang kita mulai mengoptimalkan potensi bisnis tersebut untuk mendatangkan untung besar setiap bulannya. Semoga informasi potensi bisnis daerah yang kami angkat pada pekan ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca dan menginsprirasi seluruh masyarakat Indonesia untuk mulai menekuni bisnis olahan sukun sebagai salah satu peluang usaha yang menjanjikan keuntungan besar bagi para pelakunya. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses!
Sumber gambar : 1. http://bpptepus.gunungkidulkab.go.id/foto_berita/48sukun.jpg 2. http://www.bebeja.com/wp-content/uploads/2012/07/manfaat-buah-sukun.jpg
di desa saya buah sukun bisanya dibuat gorengan ,itu enak dinikmati pada waktu musim hujan kayak gini .dan jarang dijumpai tanaman ini disana dan harganyapun lumayan mahal
apakah lahan tanaman lain bisa digantikan dengan tanaman sukun melihat potnsi bisnis ini sangat besar dan luas..dari mulai tanam butuh berapa lama kira kira untuk panen sukun..sepertinya lama ya….terima kasih
Di rumah saya biasanya sukun hanya di goreng untuk pendamping makan nasi,kemarin pas buka puasa juga laris manis goreng sukun itu.