Pameran Bisnis Kuliner dan Pangan Lokal di Luar Negeri Raup Rp 15,2 M

Pameran Bisnis Kuliner dan Pangan Lokal di Luar Negeri Raup Rp 15,2 MSiaran pers yang disampaikan Kementerian Perdagangan RI beberapa hari yang lalu, membawa angin sejuk bagi para pelaku bisnis kuliner dan pangan nusantara. Pasalnya, hanya dalam waktu lima hari saja Promosi Kuliner dan Pangan Nusantara (PKPN) berhasil mendatangkan omset pembelian sebesar Rp 15,2 miliar dan menembus pasar internasional.

Disampaikan Luther Palimbong selaku Direktur Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, keberhasilan ini bisa terwujud karena adanyan sinergi positif dari penyelenggaraan di area Trade Expo Indonesia (TEI) 2017.

“Sinergi promosi kuliner dan pangan Nusantara di ajang TEI memberi dampak penting sehingga
produk kuliner banyak dibeli para buyer dari berbagai negara,” ungkap Luther ketika ditemui di Jakarta.

Hanya dalam hitungan lima hari saja yakni pada tanggal 11-15 Oktober 2017, pelaksanaan PKPN yang diprakarsai oleh Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan mencatat perolehan sebesar Rp 15,2 miliar. Transaksi tersebut diperoleh dari stand kuliner yang membukukan transaksi Rp 1,6 miliar, sedangkan sisanya Rp 13,6 miliar dari trial order.

Teh Lokal Indonesia Dibeli Pengusaha Taiwan Senilai 9 Miliar

Pada kesempatan tersebut Luther juga menjelaskan bahwa para buyer sangat tertarik dengan produk bisnis kuliner dari Indonesia. Bahkan salah satu pengusaha dari Taiwan sampai membeli produk teh sebanyak 20 ton dengan nilai transaksi sekitar Rp 9 miliar. “Ini penjualan tertinggi selama PKPN,” ungkapnya.

Bukan itu saja, produk lain yang juga tak kalah bersaing di ajang tersebut adalah kopi asli lampung yang dibeli buyer dari Belanda dan Mesir dengan omset sekitar Rp 1,2 miliar. Produk aneka camilan seperti keripik tempe, cireng, kerupuk ikan, cireng, sambal, dan jajanan khas Indonesia lainnya juga laris diserbu buyer dari China, Nigeria,  Thailand, dan Korea Selatan.

Selain itu, cokelat dari Sumatra Barat juga memikat buyer dari India, dan gula kelapa kristal oleh dibeli buyer Australia. Beberapa kopi lokal Indonesia juga disukai buyer dari Brasil, Timur Tengah, dan Filipina.

“Produk rendang, dendeng, dan bumbu juga dibeli oleh buyer dari Saudi Arabia dan Australia. Kemudian bir pletok oleh buyer dari Malaysia, Jepang, Afrika, Prancis, dan Yordania,” tandas Luther.

Tak ingin kalah bersaing dengan buyer asing, beberapa produk pangan nusantara juga diborong oleh pengusaha dari Indonesia. “Produk rendang yang dibuat UKM binaan Pusdiklat Kemendag dibeli oleh buyer dari Papua senilai Rp 750 juta. Juga ada teh mint yang dibeli pengusaha Indonesia senilai Rp 629 juta. Semua produk tersebut pengirimannya dilakukan dalam tahun ini juga. Ini luar biasa,” tambahnya.

Jika dilihat dari besarnya nilai transaksi yang didapatkan, pameran ini nyatanya tidak hanya sukses menarik buyer pada TEI 2017 yang digelar secara sinergi dengan PKPN tapi juga menjadi media antara untuk pemasaran produk kuliner dan pangan nusantara menuju pasar ekspor.

Harapannya setelah mengetahui respon positif yang diberikan para buyer asing terhadap produk pangan kita, kedepannya UKM mulai memperhatikan dengan baik kualitas produk yang dihasilkan agar sesuai dengan standar pasar global.

“Bagi UKM pangan nusantara dan kuliner yang sudah mulai berorientasi ekspor akan semakin intensif dibina oleh Kementerian Perdagangan untuk memperkuat peningkatan ekspor nasional,” pungkasnya.

Dengan begitu, produk bisnis kuliner dan pangan nusantara kedepannya tidak kalah bersaing dengan negara-negara lain di dunia. Baik dari segi mutu, kesehatan maupun tampilan kemasan produknya.