KLATEN, JAWA TENGAH – Ada yang kerap menyita perhatian tatkala melewati ruas jalan Jogja-Solo, tepatnya di Desa Jambu Kulon, Ceper, Klaten, sejumlah bebek berjajar di pinggir jalan. Bebek-bebek ini bukan sedang diternak. Bebek-bebek ini adalah kerajinan yang terbuat dari akar bambu. Dan meski berasal dari pinggir jalan, bebek-bebek itu ternyata diekspor sampai luar negeri.
Bebek-bebek akar bambu berjajar tepat di pinggir jalan Jogja-Solo. Jumlahnya yang puluhan bahkan ratusan mampu membuatnya nampak seperti bebek-bebek sungguhan. Para perajin pun tak sungkan menggelar workshop mereka di sana. Saban pagi hingga sore, ruas jalan di sana bak pasar kerajinan akar bambu.
Bentuk kerajinan unik tersebut kerap membuat orang berhenti, seperti halnya Yogie, pria asal Solo yang menepi karena tertarik dengan bebek. “Iya, Mas. Bentuknya unik. Ini saya beli kentongan berbentuk bebek ini buat pajangan di rumah,” ungkapnya kepada BisnisUKM.com, Selasa (29/11/2016).
Tak hanya dijual di pinggir jalan, kerajinan akar bambu ini ternyata sudah melanglang buana hingga ke luar negeri. Para perajin kerap mendapat pesanan dari ekportir untuk dibawa ke Eropa. Beberapa dari mereka malah berhubungan langsung dengan buyer luar negeri.
Salah satu yang hijrah sampai Eropa adalah kerajinan akar bambu buatan Bu Wito. Wanita berumur kepala tujuh tersebut membeberkan rahasia kenapa para perajin tetap bertahan sampai sekarang.
Ternyata pesanan luar negeri tak lantas membuat iri perajin lain. Mereka punya pasar masing-masing. Bila pesanan ke luar negeri membludak, para perajin akan mengambil dari gudang perajin lain. Meski kelihatannya bersaing, nyatanya mereka tetap guyub menyiasati pesanan.
Bu Wito sendiri sudah 15 tahun lebih berprofesi menjadi perajin akar bambu. Ia sudah banyak makan asam garam dan kini tinggal melihat anak-anaknya berkarya. “Saat ini anak saya yang meneruskan di gudang. Saya cukup jualan di rumah ini saja, lebih adem Mas,” ungkap Bu Wito.
Selain ke luar negeri, kerajinan akar bambu ini juga dikirim ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Peminatnya datang dari Sabang hingga Merauke. Industri tersebut sudah turun menurun menghidupi warga Desa Jambu Kulon.
Sentra Usaha Kerajinan Akar Bambu
Desa Jambu Kulon dan desa lain di sekitarnya memang sudah sangat lama terkenal sebagai desanya para perajin. Konon tak hanya warga Jambu Kulon yang membuat kerajinan akar bambu. Namun karena paling dekat dengan akses jalan, usaha di sana lebih moncer.
Sepanjang satu kilometer menyusur Jalan Jogja-Solo, terlihat belasan perajin akar bambu menggelar lapak mereka. Ada yang hanya menjual, ada pula yang pamer proses sejak awal. Untuk satu kerajinan akar bambu tersebut, para perajin membandrol puluhan hingga ratusan ribu rupiah tergantung bentuk dan ukurannya.
Baca Juga Artikel Ini :
Budi, perajin lain, mengaku bersama tiga karyawannya mampu membuat sekitar 100 kerajinan akar bambu dalam sebulan. Karena usahanya terbilang baru, pasarnya pun masih domestik yakni Bali. “Pasarnya lebih besar di Bali. Di sana, bebek-bebek dari Klaten buatan kami jadi oleh-oleh bule,” akunya.
Bentuk bebek dipilih ternyata ada alasannya yakni kesesuaian dengan bentuk asli akar bambu yang cenderung melengkung. Sebelum jadi bebek cantik, akar bambu biasanya dibersihkan dahulu kemudian dipotong bagian yang tak diperlukan. Setelah itu, akar bambu dihaluskan menggunakan amplas dan dipasangi kaki serta paruh. Terakhir finishing yakni pewarnaan dan penghalusan kembali sampai bebek-bebek itu siap dijual.
Peluang Masih Teramat Lebar
Perajin seperti Wito dan Budi jumlahnya ada puluhan di Desa Jambu Kulon dan sekitarnya. Mereka mengamini jumlah mereka semakin hari semakin banyak. Meski jumlahnya meningkat, para perajin kadang tetap tak mampu memenuhi pesanan yang datang.
Permintaan datang dari dalam dan luar negeri, menandakan peluang bisnis kerajinan ini masih terbuka sangat lebar. Kiprah para perajin pun masih terbentang luas di depan. Kini tinggal pandai-pandainya mereka menangkap peluang tersebut.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Rizki B. P)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Solo Raya