Dari Pinggiran Jalan Raya, Usaha Kerajinan Akar Bambu Ini Mendunia

 

Mbah Wito 15 tahun menggeluti usaha kerajinan akar bambu
Wanita berumur kepala tujuh ini sudah lebih dari 15 tahun menggeluti usaha kerajinan akar bambu sebagai perajin. Di usia senjanya ia lebih memilih menjajakan kerajinan buatan anak-anaknya.

KLATEN, JAWA TENGAHAda yang kerap menyita perhatian tatkala melewati ruas jalan Jogja-Solo, tepatnya di Desa Jambu Kulon, Ceper, Klaten, sejumlah bebek berjajar di pinggir jalan. Bebek-bebek ini bukan sedang diternak. Bebek-bebek ini adalah kerajinan yang terbuat dari akar bambu. Dan meski berasal dari pinggir jalan, bebek-bebek itu ternyata diekspor sampai luar negeri.

Bebek-bebek akar bambu berjajar tepat di pinggir jalan Jogja-Solo. Jumlahnya yang puluhan bahkan ratusan mampu membuatnya nampak seperti bebek-bebek sungguhan. Para perajin pun tak sungkan menggelar workshop mereka di sana. Saban pagi hingga sore, ruas jalan di sana bak pasar kerajinan akar bambu.

Bentuk kerajinan unik tersebut kerap membuat orang berhenti, seperti halnya Yogie, pria asal Solo yang menepi karena tertarik dengan bebek. “Iya, Mas. Bentuknya unik. Ini saya beli kentongan berbentuk bebek ini buat pajangan di rumah,” ungkapnya kepada BisnisUKM.com, Selasa (29/11/2016).

Dipajang di pinggir jalan, bebek akar bambu mencuri perhatian
Dipajang di pinggir jalan, bebek-bebek akar bambu ini kerap mencuri perhatian. Tak jarang mereka yang melintas menepi sejenak untuk menawar dan membeli.

Tak hanya dijual di pinggir jalan, kerajinan akar bambu ini ternyata sudah melanglang buana hingga ke luar negeri. Para perajin kerap mendapat pesanan dari ekportir untuk dibawa ke Eropa. Beberapa dari mereka malah berhubungan langsung dengan buyer luar negeri.

Salah satu yang hijrah sampai Eropa adalah kerajinan akar bambu buatan Bu Wito. Wanita berumur kepala tujuh tersebut membeberkan rahasia kenapa para perajin tetap bertahan sampai sekarang.

Ternyata pesanan luar negeri tak lantas membuat iri perajin lain. Mereka punya pasar masing-masing. Bila pesanan ke luar negeri membludak, para perajin akan mengambil dari gudang perajin lain. Meski kelihatannya bersaing, nyatanya mereka tetap guyub menyiasati pesanan.

Bu Wito sendiri sudah 15 tahun lebih berprofesi menjadi perajin akar bambu. Ia sudah banyak makan asam garam dan kini tinggal melihat anak-anaknya berkarya. “Saat ini anak saya yang meneruskan di gudang. Saya cukup jualan di rumah ini saja, lebih adem Mas,” ungkap Bu Wito.

Selain ke luar negeri, kerajinan akar bambu ini juga dikirim ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Peminatnya datang dari Sabang hingga Merauke. Industri tersebut sudah turun menurun menghidupi warga Desa Jambu Kulon.

Sentra Usaha Kerajinan Akar Bambu

Para perajin akar bambu menggelar lapak di tepi jalan Jogja-Solo
Para perajin menggelar lapak mereka di tepi ruas jalan Jogja-Solo sehingga dapat terlihat langsung oleh pembeli yang melintas. Selain melihat hasil, mereka juga dapat mengamati proses pembuatan.

Desa Jambu Kulon dan desa lain di sekitarnya memang sudah sangat lama terkenal sebagai desanya para perajin. Konon tak hanya warga Jambu Kulon yang membuat kerajinan akar bambu. Namun karena paling dekat dengan akses jalan, usaha di sana lebih moncer.

Sepanjang satu kilometer menyusur Jalan Jogja-Solo, terlihat belasan perajin akar bambu menggelar lapak mereka. Ada yang hanya menjual, ada pula yang pamer proses sejak awal. Untuk satu kerajinan akar bambu tersebut, para perajin membandrol puluhan hingga ratusan ribu rupiah tergantung bentuk dan ukurannya.

Baca Juga Artikel Ini :

Lewat Sentuhannya, Kerajinan Bambu Garut Tembus Mancanegara

Dari Limbah Bambu Lahirlah Usaha Diorama Lucu

Budi, perajin lain, mengaku bersama tiga karyawannya mampu membuat sekitar 100 kerajinan akar bambu dalam sebulan. Karena usahanya terbilang baru, pasarnya pun masih domestik yakni Bali.  “Pasarnya lebih besar di Bali. Di sana, bebek-bebek dari Klaten buatan kami jadi oleh-oleh bule,” akunya.

Bentuk bebek dipilih ternyata ada alasannya yakni kesesuaian dengan bentuk asli akar bambu yang cenderung melengkung. Sebelum jadi bebek cantik, akar bambu biasanya dibersihkan dahulu kemudian dipotong bagian yang tak diperlukan. Setelah itu, akar bambu dihaluskan menggunakan amplas dan dipasangi kaki serta paruh. Terakhir finishing yakni pewarnaan dan penghalusan kembali sampai bebek-bebek itu siap dijual.

Peluang Masih Teramat Lebar

Salah satu perajin, Budi, tengah menghaluskan paruh bebek
Salah satu perajin, Budi, tengah menghaluskan paruh bebek yang akan dipasang ke akar bambu. Penghalusan ini penting karena itu dilakukan berkali-kali.

Perajin seperti Wito dan Budi jumlahnya ada puluhan di Desa Jambu Kulon dan sekitarnya. Mereka mengamini jumlah mereka semakin hari semakin banyak. Meski jumlahnya meningkat, para perajin kadang tetap tak mampu memenuhi pesanan yang datang.

Permintaan datang dari dalam dan luar negeri, menandakan peluang bisnis kerajinan ini masih terbuka sangat lebar. Kiprah para perajin pun masih terbentang luas di depan. Kini tinggal pandai-pandainya mereka menangkap peluang tersebut.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Rizki B. P)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Solo Raya