“Awalnya tahun 2012 kita memasarkan madu hutan curah kepada produsen pengemasan madu, dan alhamdulillah respon konsumen terhadap madu kita positif. Lalu kita coba untuk meningkatkan nilai jual madu hutan Kuantan Singing, Riau dengan cara dikemas dan diberi merk, sehingga kita lebih banyak memberdayakan masyarakat setempat,” ucap Indra ketika ditanya tim liputan BisnisUKM.com.
Meski awalnya Indra tak memiliki keahlian maupun pengalaman dalam bisnis madu, namun Ia mengaku tak menghadapi kendala besar ketika merintis bisnis madu asli Kuantan tersebut. “Kita sebelumnya belum pernah mempelajarinya, kita langsung jalani dan sambil mempelajarinya. Learning By Doing,” ujarnya.
Dengan modal awal sekitar Rp 50 juta, Indra melibatkan masyarakat setempat untuk memanen atau mengambil madu hutan sehingga masyarakat di sekitar Kabupaten Kuantan Riau pun mendapatkan penghasilan. Tak hanya itu saja, saat ini masyarakat sekitar menjadikan madu asli Kuantan sebagai salah satu komoditas unggulan yang terdapat di Daerah Teluk Kuantan. “Kita sengaja menggandeng kelompok tani yang kita bina di daerah Kuantan Singing-RIAU,” imbuh Indra.
Pemasaran Online Jadi Solusi Minimnya Modal
Awalnya tak mudah bagi Indra untuk memasarkan produk-produknya ke kalangan masyarakat luas. “Kesulitannya ialah bagaimana caranya untuk memperkenalkan (Promosi) produk kita kepada masyarakat atau konsumen dengan dana yang sangat minim,” kata pengusaha sukses tersebut. Untuk menyiasati kendala pemasaran, Indra memanfaatkan iklan free di internet serta mengandeng Pemda setempat untuk dapat diikut-sertakan pada event-event pameran.
Melalui pemasaran online dan pameran UKM yang sering Ia ikuti, saat ini pemasaran madu asli Kuantan tidak hanya dipasarkan di sekitar Riau namun telah menjangkau daerah lain seperti misalnya Padang, Pekanbaru, Lampung, Jakarta, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, serta Daerah Pontianak.
Seiring dengan perkembangan waktu, Indra tak hanya menjual madu dalam bentuk curah. Ia mulai memasarkan produknya dengan kemasan dan beberapa varian produk. “Saat ini kita memasarkan produk madu Kuansing, madu Qoishor, madu Ukasyah, madu Sa’I, dan madu hutan curah,” ungkap Indra.
Untuk produk madu Kuansing, Indra membandrol harga dari Rp 60.000 hingga Rp 75.000,00. Sedangkan untuk madu Qoishor dipasarkan dari harga Rp 55.000,00 sampai dengan Rp 170.000,00. Begitu juga dengan madu Ukasyah yang dihargai sekitar Rp 50.000 hingga Rp 145.000,00.
Dibantu oleh empat orang karyawannya, hingga saat ini kapasitas produksi madu Kuantan sedikitnya 5.000 botol per bulan atau mencapai 60.000 botol dalam setahun. Dari bisnis madu murni yang Ia jalankan, setiap bulannya Indra bisa mengantongi omzet sekitar Rp 35.000.000,00/ bulan atau sedikitnya Rp 420.000.000,00 per tahun.
Kendati saat ini kesuksesan usaha telah berada digenggaman Indra, namun Ia tak sungkan untuk berbagi kunci sukses kepada pemain bisnis lainnya. “Dalam melakukan usaha tanamkanlah kebaikan dan kejujuran, karena kebaikan dan kejujuran akan membuahkan kesuksesan,” pesan Indra ketika ditanya mengenai kunci kesuksesannya membangun usaha.
Ke depannya, Ia berharap agar madu hutan bisa menjadi salah satu potensi yang ada di hutan tropis. “Dimana madu hutan ini terbentuk dengan secara alami atau natural, sehingga kita tidak saja menjual madu tetapi kita juga menjual kemurnian dan kesehatan sehingga semakin banyak masyarakat mengkomsumsi madu hutan maka semakin baik pula tingkat kesehatan masyarakat sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan produksi madu kita, dan usaha madu pun akan tambah berkembang,” tuturnya.
Di akhir wawancara, Indra juga mengungkapkan bahwa ke depannya Ia ingin mengembangkan kerajaan bisnisnya di bidang agribisnis lainnya seperti essential oil.
Tim Liputan BisnisUKM
