Miliki Produk Eksklusif Aila Product Selalu Diburu Konsumen

Owner Aila ProductKudus – Kebutuhan akan pakaian wanita memang tak ada habisnya. Selalu ada model baru setiap hari untuk memenuhi hasrat berbusana para kaum hawa. Salah satunya kerudung yang menjadi kebutuhan para wanita muslimah.

Potensi usaha kerudung memang menjanjikan. Apalagi target konsumen kaum hawa, yang tidak pernah cukup memiliki satu atau dua kerudung saja. Alasan itulah, yang menjadikan Asih Yuyun Nailufar (34) dan sang suami Arief Bakhtiar (35) memilih berwirausaha sebagai produsen kerudung handmade.

Sekitar tahun 2008, usai menikah Yuyun bersama suami mulai menjalankan usaha membuat kerudung. Usaha yang dirintis dari nol itu, mereka sepakat membagi tugas. Yaitu Yuyun bertanggungjawab mendesain kerudung dan produksi, dan Bakhtiar yang berkecimpung di bagian manajemen.

Baca Juga Artikel Ini :

Jualan Lewat FB dan BBM Jilbab Ar Rafi Jadi Rebutan

Jadi Jutawan Dari Bisnis Jilbab Online

“Dulu itu modalnya, sisa bahan-bahan usai kuliah. Kebetulan kuliah di bidang tata busana. Dan dari dulu memang suka menjahit baju dan kerudung,” kata lulusan Akademi Kesejahteraan Keluarga Yogyakarta ini.

Di awal usahanya, Yuyun juga membuat baju gamis wanita. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata kerudung sulam handmade buatannyalah yang lebih banyak peminatnya.

Dari situ, Yuyun mulai fokus memproduksi kerudung. Setelah barang jadi, Yuyun dan Bakhtiar pun ingin usahanya terus berkembang. Tak hanya dijual ecer sendiri, tetapi mereka mulai mencoba merambah ke pangsa pasar lain. Mereka pun melakukan penawaran door to door ke beberapa toko di Kudus. Namun kenyataannya, tak seperti yang dibayangkan. Kebanyakan toko dan pasar meminta barang dahulu kemudian uang akan disetor dua bulan kemudian atau setelah barang laku yang tak berbatas waktu.

Kerudung handmade Aila Product“Kalau sistem seperti itu, terus terang kami tidak bisa. Karena kami juga butuh uang. Akhirnya kami tetap melakukan penjualan sendiri,” ungkapnya.

Tak berhenti sampai di situ. Merasa memiliki produk yang berkualitas dan tidak pasaran, pasangan suami istri tersebut pun kembali melakukan penawaran ke beberapa toko busana muslim terkemuka. Namun lagi-lagi nihil.

“Kami ditolak mentah-mentah. Mungkin karena penampilan kami yang hanya bawa motor pada saat itu. Dan kami sadar, dari situ mereka tidak hanya melihat produk, tapi juga orang yang membawanya,” kenangnya.

Kemudian, Yuyun pun bertemu seseorang yang bersedia membantu pemasaran kerudungnya. Yuyun bersyukur, barangnya bisa masuk ke beberapa toko dan mulai digemari. Meski pada saat itu, Yuyun belum memiliki brand dan merek untuk kerudungnya.

Tapi justru itulah, yang membuat usaha Yuyun stak. Tanpa merek, karyanya dengan mudah dijiplak produsen kerudung lain. Yang pasti dengan bahan yang berbeda dan dijual dengan harga jauh lebih murah.

“Akhirnya saya tau, ternyata produk saya mulai ada yang meniru dan dijual di tempat yang sama. Sedih dan kecewa pasti. Saya pun terpikir untuk punya brand. Tapi orang yang membantu menjualkan kerudung saya itu, menolak menjualkan jika saya memasang label pada produk saya,” paparnya.

Merasa kecewa, Yuyun pun mulai mengurangi dan akhirnya menyudahi kerja sama tersebut. Mulai dari nol lagi, Yuyun dan suami mulai mencari cara lagi untuk pemasaran. Produksi kerudung yang mencapai 2000pcs itu harus bisa dijual. Namun, Ia tidak berani menawarkan ke pasar, karena harga pasti kalah dengan kerudung produksi Jakarta dan Tasikmalaya.

Ia pun mencoba menawarkan ke toko busana muslim besar, namun malah dituduh produknya hasil jiplakan. Kemudian ia coba meminta bantuan saudara di Surabaya untuk menjualkan kerudungnya, karena saat itu butuh pemasukan untuk gaji karyawan. Sampai akhirnya, berinisiatif untuk ikut Kudus Expo pada awal 2013 untuk memajang produknya. Di sana Yuyun dan Bakhtiar berharap menemukan pembeli atau bahkan terbuka jalan usahanya.

Bisnis jilbab handmade dari KudusPada even itulah, tercetus nama brand yang diperoleh Bakhtiar sang suami dengan tidak sengaja. Yaitu Aila Product. Nama itulah yang akhirnya dipakai hingga saat ini. Yuyun pun mendatangi dinas perindustrian, koperasi dan UMKM Kudus selaku pihak penyelenggara expo.

“Petugas dinas welcome, kami dibantu disediakan tempat gratis di Kudus Expo. Dengan sisa barang yang ada, kami bawa. Alhamdulillah respon luar biasa, dagangan habis,” katanya.

Dari situlah, akhirnya Yuyun mendapat bimbingan dari dinas terkait. Ia pun memperoleh banyak pelajaran tentang dunia usaha dan proses pemasaran. Di antaranya berupa pengetahuan tentang produk, management, pemasaran dan lainnya.

Tak terhenti sampai di situ, Yuyun pun terus mendapat giliran kesempatan mengikuti even-even yang diselenggarakan dinas. Di tahun yang sama, Aila product mengikuti expo produk unggulan daerah di Yogyakarta pada November 2013.

“Kami diajak pameran setiap tahun oleh dinas. Dari sana ketemu konsumen yang lebih bonafid, jadi semakin tambah semangat untuk produksi,” ungkapnya.

2015 Aila Product mendapat Kredit Usaha Produktif (KUP) yang merupakan program dari Bupati Kudus H. Musthofa. Meski begitu, pihaknya tetap mendapat pendampingan, pelatihan, dibantu mengelola manajemen, info usaha, dan support promosi lewat even pameran.

“Di even-even itulah Aila Product bertemu dengan ragam konsumen. Bahkan ada yang berminat jadi agen. Ada pula konsumen dari Jogja, yang akhirnya bekerja sama meminta kami menyuplai rutin ke beberapa tokonya di Jogja,” paparnya.

Namun, yuyun tidak sepenuhnya mampu memenuhi permintaan para konsumennya itu. Selain modal, kendalanya yang dihadapi Yuyun yaitu belum mampu memproduksi dalam jumlah yang banyak. Karena tenaga kerja masih terbatas, hingga saat ini pun ia masih membuka lowongan pekerjaan penjahit halus, dan juga bisa menyulam dan memasang aplikasi.

“Padahal kami siap mengajari, dan rata-rata karyawan di sini mulai dari nol. Alhamdulillah kami mampu menggaji sesuai UMR Kudus,” ujarnya.

Dengan 20 karyawan, saat ini Aila Product mampu memproduksi ragam model kerudung. Yaitu bergo, jilbab pesta, jilbab instan, segi empat, dan pashmina. Ciri khas yang dimiliki Aila Product adalah detail handmade dan bahan yang berkualitas. Sehingga sangat mudah digunakan, simple, nyaman dipakai, dan eksklusif.

Yuyun menjelaskan, untuk satu desain ia pun tidak membuat terlalu banyak. Disesuaikan adanya jumlah warna dari jenis kain. Sehingga keeksklusivan tetap terjaga. Hingga saat ini Yuyun telah memproduksi ratusan desain. Namun tidak menutup kemungkinan desain terdahulu bisa dibuat lagi jika model masih diminati.

“Misal untuk bergo, sehari sekitar kurang lebih 200pcs.
Untuk jilbab pesta pengerjaan detailnya 100-200pcs. Untuk harga mulai Rp 50 ribu sampai Rp 200ribu. Omzet per bulan sekitar Rp 25 jutaan,” jelasnya.

Bisnis kerudung handmadeDalam proses produksi pun Yuyun tidak sembarangan. Ia harus membuat satu produk dahulu, kemudian ia coba dan diperlihatkan ke karyawannya untuk dicoba dan meminta saran. Jika sudah oke, baru ia membuat pola dan memproduksinya. “Semua kami kerjakan sendiri. Mulai dari beli kain, potong, jahit, dan memasang aplikasi pita atau motenya,” terangnya.

Pemasaran Aila Product kini mencakup kawasan sekitar Kudus, Pati, Semarang, Purwokerto, Surabaya, dan Yogyakarta. Tak jarang peminat luar Jawa juga banyak memesan. Namun jika pemesanan terlalu banyak, Yuyun belum bisa memenuhinya. Untuk di luar Jawa yang telah menjadi pelanggannya di antaranya ada di Kalimantan, Bengkulu, dan Aceh.

“Pemasaran kami masih konvensional, karena kami belum mampu melayani via online. Takut mengecewakan, karena belum ada yang mengelola, paling adik saja yang membantu posting lewat BBM, Facebook, dan Instagram, ungkapnya.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini

Kedepan perempuan asli Kudus ini ingin menambah produksinya berupa busana muslim. Ia pun ingin usahanya semakin berkembang, tenaga kerja bertambah, dan mesin jahit.

Semangat dan pantang menyerah yang dimiliki pasangan suami istri ini adalah memiliki visi misi memiliki brand yang diterima masyarakat. “Yang buat semangat kami salah satunya ya para konsumen. Ternyata ada yang selalu memantau untuk mencari produk kami. Sampai ada konsumen dari Jogja yang telpon untuk tanya sedang pameran dimana. Dia langsung menyambangi kami di Semarang dan membeli. Itulah yang membuat kami semangat untuk terus menjalankan usaha,” papar Bakhtiar.

Yang diterapkan Yuyun dan Bakhtiar dalam mengelola usahanya adalah niat lurus, usaha berjalan sesuai jalan Allah. Mereka meyakini jika memiliki niat yang baik, apapun kesulitannya pasti akan diberikan jalan.

Liputan BisnisUKM.com

(/Ayu)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kudus

4 Komentar

Komentar ditutup.