Di tengah persaingan bisnis kuliner yang belakangan ini mengusung tema serba kekinian, ternyata masih ada jajanan tradisional yang bisa mendulang keuntungan cukup besar.
Salah satunya saja seperti bisnis asinan betawi yang sudah digeluti Yessy Marsucy sejak 8 tahun yang lalu.
Dikemas secara apik dengan brand Asinan Betawi Heritage, ibu rumah tangga yang akrab dipanggil Yessy ini mampu mempertahankan eksistensi bisnisnya dan sekarang ini jadi pemasok asinan betawi di beberapa pusat oleh-oleh yang ada di Bekasi.
Meski saat ini kesuksesan sudah bisa dinikmati Yessy, jika dirunut kebelakang pecinta kuliner tradisional ini telah berkutat selama 8 tahun di bisnis asinan betawi. Suka duka pun telah dirasakannya dalam membangun brand nya ini.
Dtemui di rumahnya suatu sore di Pondok Pekayon, Bekasi, Yessy bercerita awalnya tertarik dengan kuliner asinan betawi manakala sang bunda hobi membuat asinan betawi. Yessy kerap membantu ibunya di dapur meracik bumbu asinan. Resep asinan betawi pun seperti mendarah daging dalam dirinya.
“Ibu saya yang iseng-iseng jualan asinan betawi. Yang icip-icip asinan ibu itu dari tetangga sekitar sampai saudara. Eh ternyata banyak yang suka asinan kami.” tutur Yessy kepada Bisnisukm.com beberapa minggu lalu.
Melihat ada peluang, Yessy lalu memberanikan diri mengembangkan bisnis asinan secara lebih serius dalam hal pemasaran, produksi dan kemasan.
Baca Juga Artikel Ini :
Dengan modal yang ada, untuk pemasaran Yessy membuka dua gerai jualan didirikannya di 2009. Satu di daerah perumahan Galaxy, Bekasi, dan satunya lagi di kawasan Kemang Pratama. Lokasi kedua gerai tersebut sengaja dipilih kebetulan tak jauh dari tempat tinggalnya yang berada di perumahan Pondok Pekayon, Bekasi.
Dikatakan Yessy, selama gerainya beroperasi beberapa tahun asinan betawi buatannya laris manis. Selain mengandalkan gerai, Yessy tak lupa ikut berpartisipasi ke bazar-bazar dan pameran UKM di Bekasi dan sekitarnya.
Asinan Betawi buatan Yessy terbilang sederhana. Bahan-bahannya mudah didapatkan di pasaran. Sebut saja mulai dari kol, selada, wortel, bengkoang, toge, timun dan tahu.
Namun Yessy mengatakan kendati sederhana tapi rasanya luar biasa. Keistimewaan asinannya terletak dari bumbunya yang notabene adakah resep dari orang tuanya yang telah dia modifikasi.
Tak lupa, untuk memperkuat brand selain sudah mendapatkan ijin Department Kesehatan, asinannya juga bersertifikat Halal MUI plus mendapatkan sertifikat HAKI untuk Logo Asinan Betawi The Heritage.
Namun karena suatu sebab, di tahun 2011 kedua gerainya itu terpaksa harus tutup. Tutup bukan berarti tak lagi berproduksi, bisnis asinan Betawinya terus berjalan. Gerai tak ada, Yessy beralih ke sistem konsinyasi di beberapa tempat di daerah Bekasi.
“Sekarang ini jualan asinan betawi lebih ke konsinyasi saja dan promosi dari mulut ke mulut. Ingin sih buka store lagi tapi memanage SDM itu rada susah juga” tuturnya. “Memang tak ngoyo lagi seperti dulu, sekarang jarang ikut bazar lagi karena repot hehehehe.”
Walau hanya konsinyasi, asinan betawi terus diproduksi setiap hari di rumahnya. Harga asinan yang dibandrol cukup terjangkau kantong hanya Rp 18.000 saja untuk satu bungkusnya. Asinan Betawi The Heritage milik Yessy ini siap santap dan dikemas dengan bungkusan plastik agar terjaga kesegaran dan kebersihannya.
Perihal untung yang didapatkan, Yessy berujar jujur cukup untuk menyekolahkan anak-anaknya. “Alhamdulilah sampai saat ini untung yang saya dapatkan cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarga” pungkas Yessy.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Harry)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Jakarta