Bisnis Tempe Dengan Kedelai Lokal, Lebih Sehat Dan Non GMO!

Bisnis Tempe Dengan Kedelai Lokal, Lebih Sehat Dan Non GMO!

Bisnis tempe dengan kedelai lokal jauh lebih disukai sebab lebih sehat karena non GMO. Produk Attempe adalah sebuah produk tempe lokal yang berhasil masuk di supermarket. Disebut sebagai tempe lokal yang sehat karena dibuat dari kedelai lokal alami tanpa rekayasa genetik (GMO atau non transgenik).

Tempe lokal yang tentunya sehat dan aman untuk dikonsumsi serta memiliki nilai gizi tinggi. Rasanya pun tidak kalah lebih enak dan lebih sehat tentunya. Attempe adalah produk tempe lokal yang sehat dikonsumsi milik seorang pengusaha hebat yang sering disapa Ibu Nungki. Tempe lokal beliau olah ini berbahan dasar kedelai lokal murni tanpa GMO atau tanpa rekayasa genetik.

Memberdayakan Petani Kedelai Lokal

Berusaha mengangkat kedelai lokal non GMO ini beliau memilih bisnis tidak hanya sekedar bisnis. Namun juga menjunjung tinggi jiwa nasionalis yang mana membantu para petani kedelai Indonesia untuk bangkit. Terutama mengangkat kejayaan kedelai di Indonesia yang mana negara agraris lahan pertanian teramat subur.

Namun yang disayangkan mengapa lebih banyak impor? Makanya beliau ini mulai mengkampanyekan untuk konsumsi kedelai lokal. Tentunya harus ada kerjasama baik dari konsumen maupun para pengrajin tempe. Misalnya saja permintaan kedelai lokal banyak maka pengrajin tempe juga akan beralih pada kedelai lokal.

Kerjasama Mencapai Swasembada Kedelai

Permintaan tempe yang cenderung meningkat maka permintaan kedelai ke petani juga tinggi. Dengan begitu para petani kedelai Indonesia mulai bersemangat menanam kedelai. Jadi itu semua berkesinambungan maka dibutuhkan adanya kerjasama.

“Meskipun dengan gerakan kecil seperti yang saya lakukan ini, maka perlahan kedelai lokal akan terangkat lagi”, begitu kata beliau. Beliau juga sangat yakin kalau Indonesia ini swasembada kedelai.

Produk Attempe yang fresh tempe khusus untuk wilayah Jogja. Namun ada sesekali duakali dalam seminggu mengirim fresh tempe keluar kota. Tentunya dengan biaya yang tidak sedikit dengan mengirimkan melalui travel dan kereta.

Untuk tempe keripik tersedia di beberapa toko oleh-oleh. Namun selama pademi ini penjualan belum stabil. Sehingga lebih digencarkan pada marketing online. Tempe instan dan keripik ini terbantu dengan adanya agen dan reseller.

Menghadapi Pandemi

Akibat dari pandemi mulai Maret tahun lalu membuat keripik tempe yang ditiitpkan di toko oleh-oleh Solo dan Semarang tutup. Produk pun banyak yang kembali dan untuk tempe fresh yang di distribusikan dibeberapa rumah makan, katering, dan rumah sakit juga berkurang.

Padahal saat itu baru saja mengikuti pameran Internasional. Disisi lain ada efek positifnya sejak awal pandemi banyak yang membutuhkan pekerjaan. Banyak yang menawarkan menjadi agen dan reseller. Sedikitnya ada 5 reseller yang masuk bekerjasama dengan Attempe.

Persiapan Plotting Petani Kedelai Binaan

Petani kedelai tiap daerah tentu beda waktu menanam tanaman kedelai. Ibu Nungki ini sudah paham betul kapan dan dimana saja akan mengambil kedelai. Sebab petani Sukoharjo, Grobogan dan Pati memiliki waktu sendiri dalam menanam.

Maka dari itu beliau sudah memiliki jadwal bulan ini mau ambil kedelai di daerah mana. Data tersebut di dapatkan dari Kementan dan juga suami beliau yang mendampingi beberapa petani kedelai. Sehingga hingga sejauh ini bahan baku tidak pernah mengalami kesulitan. Namun kedepannya memiliki harapan untuk bisa ekspor.

Paling tidak diseluruh penjuru daerah di Indonesia mempersiapkan plotting petani kedelai binaan. Sehingga nantinya tidak lagi mengalami kesulitan. Kisah sedih dibalik para petani Pati dan Grobogan banyak yang menanam kedelai sebab saat musim kemarau tiba tanah kering dan tidak ada air.

Salah satu tanaman yang mampu bertahan dalam kondisi tersebut hanya kedelai. Namun masalah yang dihadapi tidak hanya itu saja, masih sulitnya cara berniaga kedelai. Ditambah lagi saat musim panen kedelai tiba harga kedelai impor turun drastis. Pada akhirnya mereka tetap tidak bisa menjual hasil panen.

Attempe Learning Center

Beliau berharap produk Attempe bisa menjadi pilot project untuk pengolahan kedelai yang bisa terintegrasi. Kebetulan yang mana Jogja masih banyak sawah dan para petani kedelai yang nantinya mensupplai bahan baku Attempe. Harapan besarnya beliau berharap nanti ada produksi yang lengkap.

Olahan, pengemasan yang bagus dan semua orang ingin belajar. Konsepnya nanti untuk belajar dan untuk produksi kecil-kecilan. Tetapi tidak untuk produksi masal tentunya belum sanggup dan tentunya membutuhkan investor. Lebih tepatnya adalah tempat learning center. Hal penting ada hasil yang bisa mensejahterakan karywan dan petani binaan.

Kedelai Lokal Alami

Tempe import dari USA sebagain besar adalah produk GMO atau Genetically Modified Organism. Masalah GMO berbahaya atau tidak dirasa tidak berbahaya. Beliau sendiri masih abu-abu tentang hal tersebut. Bahkan beberapa ilmuan ada yang pro dan kontra dengan GMO.

Ada yang berpendapat jika berbahaya ada pula yang mengatakan tidak berbahaya. Akan tetapi pemerintah tidak melarang, namun ada beberapa negara yang melarang produk GMO seperti Eropa. Sebagai orang awam yang tidak mengetahui tentang bioteknologi. Beliau ini berfikir produk dengan metode rekayasa telah banyak macamnya.

Tentunya produk alami akan lebih disukai dan banyak dipilih. Jika menurut pendapat beberapa ahli yang menakutkan adalah produk bahan pangan yang secara genetis sudah direkayasa. Kemudian masuk dalam tubuh ditakutkan akan menumbuhkan sel abnormal, yang dapat memicu kanker dsb.

Nilai Jual Kedelai Lokal Rendah

Beliau ini memposisikan sebagai konsumen yang mana akan lebih memilih produk yang alami. Kedelai lokal Indonesia tentu semua alami dan bahkan rata-rata petani tidak menggunakan pestisida. Sebab sudah pasti jika menggunakan pestisida akan mengeluarkan biaya lebih besar lagi.

Jadi petani Indonesia itu enggan menanam kedelai sebab tidak ada nilai ekonomisnya. Jika jaman dulu punya 1 kg kedelai maka ditukarkan dipasar mendapatkan 2 kg beras. Namun sekarang kebalikannya 1 kg beras menjadi 2 kg kedelai. Harga kedelai sangat rendah sekali. Sehingga mereka menanam kedelai hanya saat “bero” atau tak ada air.

Jika di Jogja selain bisa ditanami padi setiap tahunya, bisa diganti dengan menanam kacang tanah dan jagung yang mana masih memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun sangat berbeda di daerah kering seperti Wonogiri, Grobogan sangat susah sekali jadi saat tanah bero satu-satunya pilihan hanya menanam kedelai.

Itu tadi adalah kisah menarik dan inspiratif bisnis tempe oleh Ibu Nungki pemilik produk Attempe, tempe lokal alami non GMO yang sehat dan kaya akan gizi. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan jika ada yang ingin ditanyakan bisa diskusi dikolom komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *