Kembalikan Tradisi Penganan Singkong Lewat Usaha Camilan Balthek

Pembuatan balung kethek sebenarnya sederhana, tinggal mengukus, menggoreng, dan menambahkan rasa. Setiap orang bisa mempraktekkannya di rumah.

SOLO, JATENGPulau Jawa, Indonesia, sempat mengalami masa-masa buruk dimana beras tak terbeli dan masyarakat beralih ke makanan alternatif. Saat krisis tersebut bahan singkong sempat mencuat dan memunculkan puluhan pengangan tradisional, salah satunya balung kethek.

Shinta Januari punya misi khusus dengan Balthek. Ia ingin mengangkat penganan tradisional singkong dan bahan singkong itu sendiri agar setenar masakan masa kini.

Usaha camilan balthek kini diangkat kembali oleh sang pengusaha camilan muda asal Solo ini. Di era modern kini camilan tradisioal semakin tergeser dengan kehadiran jajanan kekinian. Hingga pada akhirnya Shinta memutuskan untuk menghadirkan kembali camilan tradisional khas Jawa ini.

Nah buat pembaca sekalian, apakah asing dengan nama camilan tersebut? Atau baru mendengar kali ini juga? Balung kethek berasal bahasa Jawa yang berarti tulang monyet.

Tak ada yang tahu pasti kenapa dinamakan balung kethek. Konon, tekstur keras camilan dari singkong ini bak tulang dan sensasi meringis seperti monyet saat memakannya, menjadi alasan penamaannya. Balung kethek ini merupakan camilan yang berbahan dasar singkong yang direbus kemudian diiris tipis dan digoreng setelahnya diberikan aneka bumbu kering.

Camilan ini merupakan makanan khas Solo, namun sangat disayangkan karena kini keberadaanya semakin tak terlihat saja bahkan di daerah asalnya nyaris menghilang tanpa jejak. Hal ini yang mendorong Shinta pengusaha camilan ini bertekad untuk menghadirkannya kembali ditengah – tengah masyarakat.

Usaha Camilan Tradisional “Balthek”

Filosofi Balthek

Konon pula, balung kethek menjadi kudapan lazim masyarakat pulau Jawa. Penganan ini memang patut sebagai kudapan mengingat teksturnya yang gurih dan renyah, serta ukurannya yang kecil jadi apabila dimakan hanya sekali gigit. Bila dibayangkan, mungkin saja dulunya balung kethek bersanding dengan teh hangat menjadi teman pelengkap waktu santai kelas bangsawan.

Kembalinya Camilan Tradisional

Sedikit ironis memang bila dibandingkan dengan masa sekarang. Di era serba instan ini, tak banyak orang tahu penganan balung kethek. Camilan ini dianggap sebagai makanan kuno sehingga tergeser dengan jajanan kekinian. Bahkan di Solo yang notabenenya pusat peradaban Jawa masa lampau, nama balung kethek hampir tak terdengar lagi.

Dari segelintir itulah, Sintha Januari, mencoba mengambil celah usaha untuk menghadirkan kembali camilan tradisional ini. Ia mencoba mengulik kisah balung kethek dan melahirkannya sekali lagi. Dengan menyingkat namanya menjadi Balthek, Shinta bahkan membuat usaha camilan singkong ini naik kelas dengan menghadirkan beberapa varian rasa.

Inovasi Rasa

Balung kethek dapat dinikmati dalam berbagai varian rasa seperti gurih, pedas, keju, dan lainnya. Varian ini lah yang membedakan Balthek dengan lainnya.

Satu hal yang disadari Shinta akan usaha camilan yang dirintisnya mengenai balung kethek, ia tak akan mampu menjual, apalagi menaikkan kelasnya, bila tak ada inovasi sama sekali. Hingga akhrnya pun ia mendapat akal untuk menyajikan balung kethek dengan tujuh varian rasa. Jadilah balung kethek rasa original, jagung manis, keju, gurih, dan pedas, bahkan ada rasa ayam bawang dan bumbu balado.

Munculnya Varian Rasa

“Pada awalnya memang tak langsung ada banyak rasa. Kadang varian rasa lahir karena permintaan dan unek – unek dari pelanggan. Ada yang minta rasa balado, saya coba buatkan bumbunya. Dan Alhamdulillah, semua rasa diminati oleh pelanggan,” ungkap wanita 23 tahun itu saat ditemui di rumahnya di Jalan Kenari III, Lemah Abang, Kadipiro, Solo, Selasa (11/10/2016).

Pertumbuhan usaha camilannya pun meningkat, bahkan dalam sebulan, Shinta mengaku usaha camilan singkong miliknya dapat menghabiskan sekitar 500 kilogram singkong dengan perbandingan 4 : 1 alias 4 kilogram singkong menghasilkan 1 kilogram balung kethek siap makan. Omzet yang dikantonginya pun terbilang cukup besar yakni tujuh hingga delapan juta per bulan.

Proses Produksi Sederhana

Dalam produksinya, Shinta memilih bahan singkong mentega yang harganya sedikit lebih mahal dibanding singkong biasa.

Menurut Shinta, membuat balung kethek bukan perkara sulit. Proses produksi camilan ini sangat sederhana dan tidak ribet. Pertama, ia lakukan pemilihan bahan singkong. Untuk pemilihan bahan baku utamanya Shinta menjatuhkan pilihan pada singkong mentega karena menurutnya, singkong mentega lebih empuk dan gurih, meski tanpa bumbu.

Singkong mentega yang didatangkan khusus dari perkebunan di Kabupaten Boyolali itu, dibersihkan, dikupas, dan dikukus terlebih dahulu. Kemudian singkong kukusan dipotong tipis-tipis dan langsung digoreng tanpa dijemur terlebih dahulu. “Singkong bahan balung kethek memang tanpa proses penjemuran. Itu agar kebersihan produk Balthek nantinya benar-benar terjaga,” ungkap ibu satu anak tersebut.

Proses Produksi

Setelah digoreng dan dingin, balung kethek dicampur dengan bumbu sesuai rasanya masing-masing. Bumbu itu Shinta buat sendiri menggunakan sejumlah bahan alami dan rempah-rempah. Terakhir tinggal menakarnya dan dikemas dengan tampilan menarik ala Balthek.

Agar semakin aman untuk pelanggan, Shinta melengkapi Balthek dengan label halal MUI dan izin dari BPPOM. Saat ini usaha camilan singkong yang dipasarkan dengan merek Balthek ini dibandrol dengan harga 10 ribu rupiah per 110 gram. Selain melalui promosi online, Shinta juga kerap menjual Balthek melalui pameran, berjualan di Car Free Day, dan rutin menjajakan penganan tradisional itu di Night Market Ngarsopuro.

Sekian ulasan mengenai camilan tradisional balung kethek yang dirintis oleh ibu rumah tangga ini. Semoga dapat menginspirasi dan memotivasi para ibu – ibu rumah tangga lainnya. Nah buat yang tertarik dengan usaha camilan ini pula, yuk bisa kita mulai persiapkan sekarang. Selamat mencoba ya :)

Cara Membuat Produk Lebih Menarik

Meningkatkan Kualitas Kemasan

Buat kamu nih yang tertarik juga kepengen usaha camilan tapi kurang mengerti cara meningkatkan penjualan produk. Nah selain meningkatkan strategi pemasaran dengan mengikuti bazar atau pameran, memberikan diskon atau promosi, dan meningkatkan kualitas kemasan.

Kemasan merupaan salah satu pembungkus yang memberikan peran penting. Selain membantu menjaga dari paparan sinar matahari dan juga partikel berbahaya lainnya. Salah satu fungsi kemasan juga membuat produk jadi lebih menarik. Meskipun produk yang kamu jual makanan sederhana namun apabila kamu kreatif dan pandai dalam mengemasnya maka akan menjadi makanan hits yang tak kalah dengan makanan – makanan kekinian zaman sekarang.

Keuntungan Yang Bisa Kamu Dapetin

Lalu keuntungan apa dengan kita membuat kemasan jadi lebih menarik? Dengan membuat kemasan menjadi lebih menarik maka akan membantu menaikkan penjualan, produk jadi naik kelas dan harganya bisa menjadi lebih tinggi. Bahkan dengan kehadiran kemasan yang menarik dan juga kekinian maka akan memberikan kesan produk menjadi lebih elegan dan mewah sehingga pelanggan akan tertarik untuk membeli.

Buat kamu yang mau usaha makanan, minuman, snack, kopi, camilan, jajanan bahkan fashion. Untuk kemasan kami bisa bantu rekomendasikan, hanya di dikemas.com kamu bisa menemukan solusi untuk semua usahamu.

Berbagai macam, jenis, modal dan ukuran segala jenis kemasan makanan dan minuman tersedia. Tak perlu khawatir bisa tanya – tanya langsung sama CS nya. Kamu pun bisa dapetin beberapa fasilitas menarik, konsultasi gratis, desain gratis, free ongkir dan masih banyak bonus lainnya.

Sekian, semoga dapat bermanfaat dan terinspirasi. Untuk mendapatkan inspirasi lainnya kamu bisa cek website bisnisukm.com, kamu bisa menemukan berbagai informasi bisnis mulai dari peluang usaha, inspirasi usaha, ide usaha, pemasaran, video bisnis dan bisnis online.

Bisa juga kamu belajar dari bisniskuliner.id, video liputan bisnis dari para pengusaha sukses cafe, warung makan dan restauarant yang bisa kamu jadikan inspirasi. Lalu gimana mereka membagikan kisah pengalamannya dalam memulai usahanya dari nol? Langsung simak aja DISINI. Salah satu contoh kisah yang dibagikan pengusaha makanan hara chicken yang ingin mengembangkan usahanya dari makanan ke minuman.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Rizki B. P)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Solo Raya