Sukses Merintis Bisnis Pie Susu Bali Dari Dapur Sendiri

Berbekal keinginannya belajar membuat pie susu khas Bali secara otodidak, Hana Ketut Ariani (39) yang belum lama ini memutuskan resign dari pekerjaannya memilih untuk merintis bisnis pie susu Bali dari dapur sendiri. “Sebenarnya saya bukan ahli di dapur, namun Pie susu Bali bisa diproduksi dengan menggunakan alat sangat sederhana dan bahan baku yang tersedia setiap saat. Dari situlah saya mulai jatuh cinta dengan pie susu Bali,” katanya.

Mengingat kemampuannya di bidang kuliner yang cukup terbatas, awalnya Hana mencoba menawarkan pie susu buatannya ke teman-teman di sekitarnya. Tak disangka-sangka, banyak teman yang akhirnya membantu mempromosikan produk pie susu Bali buatannya hingga sekarang ini. “Ketika orang lain bilang enak, rasanya saya tidak percaya. Karena saya tidak pernah kursus membuat kue, dan saya tidak jago memasak,” tambah pengusaha sukses dari Denpasar tersebut.

Proses Pembuatan Hanapie

Mengandalkan ilmu memasak yang serba pas-pasan dan perabot dapur yang ada di rumahnya, saat ini Hanapie telah mendapat tempat tersendiri di hati para konsumen. Bahkan melalui promosi online yang dilakukan melalui Facebook, sekarang ini bisnis pie susu yang baru dirintis bulan Juni 2015 ini telah melayani pemesanan dari luar Denpasar. Melalui pengiriman via pesawat, Hana pernah melayani permintaan konsumen di Aceh.

“Karena pemasaran lebih ke online, saat ini perkembangannya sangat bagus dan awalnya saya tidak pernah menyangka. Beberapa sudah menawarkan diri sebagai reseller, namun saya masih bingung bagaimana perhitungannya. Saya berharap memiliki seseorang yang bisa membantu saya untuk mengembangkan Hanapie di beberapa kota,” tuturnya.

Mendapat Komplain Karena Kemasan Kurang Menarik

Menjalankan bisnis rumahan tentunya tidak mudah bagi Hana Ketut Ariani yang sebelumnya buta akan dunia usaha. Bahkan di awal-awal merintis bisnis pie susu Bali, Ia juga tak luput dari komplain konsumen. “Awal pertama kali keluar, kotak kemasan yang saya gunakan kurang menarik dan banyak dikomplain pembeli karena kurang mewah untuk oleh-oleh. Sekarang lagi proses untuk kotak kemasan selanjutnya termasuk plastik kemasan produk dan plastik jinjing,” imbuhnya seraya menunjukkan kemasan plastik yang telah disablon dengan brand Hanapie.

Kemasan plastik Hanapie

Selama menjalankan bisnis pie susu, Hana mengaku kendala terbesar adalah tenaga kerja. Karena kulit pie tidak bisa dicetak oleh mesin, sehingga tenaga kerja sangat dibutuhkan. Meski saat ini Hana telah memiliki satu orang karyawan dengan kapasitas produksi sekitar 500 pcs setiap harinya, namun Ia masih merasa kewalahan untuk memenuhi setiap pesanan konsumen.

“Dari yang dulunya hanya ingin mendapatkan penghasilan tambahan dari bisnis kue yang mudah dibuat dengan bahan yang mudah didapatkan tanpa perlu peralatan yang mahal, saya tidak menyangka justru bisnis ini yang menjadi sumber pendapatan utama bagi saya,” ujar Hana yang setiap bulannya bisa mengantongi omzet minimal Rp 15 juta.

Bagi rekan-rekan yang ingin mengikuti jejak langkahnya merintis bisnis kue khususnya pie susu Bali, Hana berpesan yang utama selalu gunakan bahan yang terpilih walaupun harga akan sedikit berbeda. “Percayalah, saat ini konsumen lebih memperhatikan kesehatan dan mengesampingkan masalah harga. Tetap jaga kepercayaan konsumen dan jangan malu untuk meminta saran dan kritik dari mereka,” pesannya.

Tim Liputan BisnisUKM

1 Komentar

Komentar ditutup.